Featured Post 2

Marhaban. Selamat datang di forum anak-anak Selayar di perantauan. Forum Muslim Ilmiah Selayar (FORMIS)

TIDAKKAH KAU MENGAMBIL PELAJARAN?

Malam ahad, 28 Jumadil Akhir 1433, jamaah telah memadati Mesjid Wihdatul Ummah sejak menjelang Maghrib. Setiap malam Ahad di mesjid ini diselenggarakan ta’lim membahas hadist-hadist di kitab Riyadushshalihin karya Imam An-Nawawi rahimahullah
Bertindak selaku imam, Akh Ardiyansyah, menggantikan Ustadz Hasbin. Dengan bacaan yang fasih dan lantunan indah, jamaah tak sedikit yang menitikkan air mata. Terutama ketika shalat isya.
Sang imam membaca surah yang
selayaknya menjadi renungan bagi kita semua. Kami persembahkan surat ini kepada diri kami, dan kepada saudara-saudara kami yang katanya ingin terbuka pikirannya. Pikiran yang bekerja sesuai buku-buku filsafat mereka. Filsafat orang-orang Yunani. Konon kabarnya, orang yang telah belajar filsafat akan lebih bijak. Dapat mengambil hikmah dari setiap kejadian. Dan cenderung lebih berwibawa dari yang tidak belajar filsafat. Lebih cerdas dari orang-orang yang ‘hanya’ belajar dogma. Dogma dari Al-Qur’an dan sunnah.

Menurut orang-orang seperti ini, segala sesuatu harus dipikirkan terlebih dahulu. Tidak boleh diterima mentah-mentah. Karena di dunia ini tidak ada yang final. Semua teori harus diuji dan dipikirkan kembali. Sekali lagi, tidak ada yang final.
Setiap hari, ketika diajukan ayat-ayat peringatan dan kabar gembira dalam agama yang mulia ini, tanggapan mereka tidak lain menganggap semua itu adalah dogma yang perlu dikaji kembali. Sebab semua belum final. Mungkin mereka belum pernah mendengar berita para pendahulu mereka. Sesungguhnya, orang-orang yang menggeluti filsafat dan meletakkannya di atas Qur’an dan sunnah, tidak akan mendapatkan apa-apa selain kebingungan yang berkepanjangan. Tidak lain karena mereka mengikuti hawa nafsu mereka dalam melihat dunia ini.
Jikalau seandainya mereka mengikuti shalat isya berjamaah malam itu, hendaknya mereka berfikir lagi untuk masih menggunakan penafsirannya yang bebas terhadap Al-Qur’an dan sunnah. Tangisan yang tak tertahan, gemetarnya tubuh karena ketakutan, mewarnai shalat isya berjamaah malam ini.
Sang imam memulai rakaat pertama dengan surah Al-Jatsyiah:
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmuNya, dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang memberinya petunjuk setelah Allah membiarkannya sesat? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?”
Lihatlah saudaraku, Allah memperingatkan hambaNya bahwa diantara manusia memang ada saja yang senantiasa menggunakan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Dan cukuplah meninggalkan peringatan-peringatan Al-Qur’an dan memilih akal sebagai hakim sebagai menuhankan hawa nafsu.
Bahkan diantara manusia ada yang berani mengatakan
“dan mereka berkata: “kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita kecuali masa.”
Meski tidak mengatakan sesuai teks di atas, diantara mereka ada yang dengan congkak berkata: kalau memang surga dan neraka itu ada… kalau memang perbuatan kita akan dibalas… na’udzu billahi min dzalik.
Allah menjawab mereka:
“dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.”
Mari kita simak ayat-ayat berikutnya.
“Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang jelas, tidak ada bantahan mereka selain mengatakan: “Datangkanlah nenek moyang kami jika orang-orang yang benar”
“katakanlah: “Allah-lah yang menghidupkan kamu kemudian mematikan kamu, setelah itu mengumpulkan kamu pada hati kiamat yang tidak ada keraguan padanya; akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
Dan hanya kepunyaan Allah kerajaan langit dan bumi. Dan pada hari terjadinya kebangkitan, akan rugilah pada hari itu orang-orang yang mengerjkana kebathilan.
Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil untuk mengambil catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan.
(Allah berfirman): “inilah kitab (catatan) Kami yang menuturkan terhadapmu dengan benar. Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan.”
Adapun orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, maka Tuhan mereka memasukkan mereka ke dalam rahmatNya (surga). Itulah keberuntungan yang nyata.
Dan adapun orang-orang yang kafir, (kepada mereka dikatakan): ”Maka apakah belum ada ayat-ayatKu yang dibacakan kepadamu dan kamu menyombongkan diri dan kamu jadi kaum yang berbuat dosa?
Dan apabila dikatakan kepadamu, “Sesungguhnya janji Allah itu benar dan hari berbangkit itu tidak ada keraguna padanya,” niscaya kamu akan menjawab: “Kami tidak tahu pakah hari kiamat itu, kami sekali-kali tidak lain hanyalah menduga-duga saja dan kami sekali-kali tidak meyakininya.”
Dan nyatalah bagi mereka keburukan-keburukan dari apa yang mereka kerjakan dan mereka diluputi oleh (azab) yang mereka selalu memperolok-oloknya.
Dan dikatakan (kepada mereka): “Pada hari ini Kami melupakan kamu sebagaimana kamu telah melupakan pertemuan dengan harimu ini dan tempat kembalimu ialah nereka dan kamu sekali-kali tidak memperoleh penolong.
Yang demikian itu, karena sesungguhnya kamu menjadikan ayat-ayat Allah sebagai olok-olokan dan kamu telah ditipu oleh kehidpan dunia, maka pada hari ini mereka tidak dikeluarkan dari nereka dan tidak pula mereka diberi kesempatan untuk bertaubat.
Maka bagi Allah-lah segala puji, Tuhan langi dan Tuhan bumi, Tuhan semesta alam.
Dan bagiNyalah keagunan di langit dan di bumi, Dialah Yang Maha perkasa lagi Maha Bijaksana.
(QS.Al-Jaatsiyah: 23-37)
Kawan, hati mana yang tidak terguncang mendengar ayat-ayat tadi. Jika sekiranya engkau ada di sana, mendengarkan bacaan imam, ayat-ayat yang mulia, dan engkau paham, kami menduga engkau tidak akan lagi congkak terhadap  ayat-ayat Allah dan sunnah RasulNya.
Ingatlah, suatu hari nanti kita akan bertemu Tuhan pencipta kita. Mempertanggungjawabkan perkataan dan perbuatan. Berkata kepada Allah tangan dan kaki kita. sedang mulut ini dibeleunggu. Tidak dapat memberi keterangan seperti di dunia ia sering bersilat. Menipu orang-orang dengan retorika. Retorika yang keluar dari lisan sang pemuja filsafat.
Kami menasehati diri kami. Semoga Allah tidak menggelincirkan kaki ini ke jurang kebodohan. Semoga Allah memberi hidayah kepada saudara-saudara kami. Sungguh kami merindukan kebaikan bagimu, sebagaimana kami merindukan kebaikan ini pada diri kami.
Allahummarhamni bil Qur’an..waj’alhu lii imaaman wa nuuran wa hudan wa rahmah..
Mesjid Al-Mubaraqah
Ahad, 28 Jumadil akhir 1433

Share on :

0 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright Formis Official Site 2011 - Some rights reserved | Powered by Blogger.com.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates and Theme4all