Featured Post 2

Marhaban. Selamat datang di forum anak-anak Selayar di perantauan. Forum Muslim Ilmiah Selayar (FORMIS)

Formis Selayang Pandang

Emotinal Syria

Jenggot Yes, Isbal No (1)



Diantara banyak yang mendapat celaan, satu diantaranya adalah orang-orang yang senantiasa membiarkan jenggotnya dan mengangkat kainnya. Jenggotnya mereka biarkan menjulur apa adanya, dirapikan seperlunya, tanpa memotong sedikitpun. mereka mengangkat kainnya berupa celana, sarung, dan sebagainya, hingga di atas mata kakinya. Orang-orang yang tidak paham dan ada penyakin dalam hatinya mengolok-olok mereka. Penampilan yang tidak sama dengan kebanyakan orang dianggap aneh sehingga pantas diejek dan dihina. Namun sabarlah wahai saudaraku, sungguh kita ada di atas jalan yang benar.
Ejekan dan hinaan, memang akan selalu ada bagi siapa saja yang tidak sama atau menyimpang dari kebiasaan orang-orang. Namun apakah ‘penyimpangan’ salah? Atau mereka yang salah.
Mudah-mudahan Allah meneguhkan hati kita dalam ketaatan memanjangkan jenggot dan tidak isbal (memanjangkan kain hingga bawah mata kaki) dan membukakan hati mereka untuk menerima syariat yang mulia ini.
Berikut ini ringkasan buku “Jenggot Yes, Isbal No” yang diterbitkan Media Hidayah Yogyakarta. Buku kecil ini merupakan terjemahan dari tulisan 3 Syaikh. Yakni, Syaikh Abdullah bin ‘Abdul Hamid, Syaikh Abdul Karim Al-Juhaimin, dan Syaikh Abdulullah bin Jarullah alu Jarullah.
Memelihara Jenggot
Memelihara jenggot merupakan perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah telah menjamin hal ini. Allah berfirman:
“Apa yang diberikan Rasul kepada kalian maka terimalah dan apa yang dilarangnya maka tinggalkanlah. Takutlah kepada Allah, sungguh Allah sangat keras siksanya.” (QS. Al-Hasyr: 7)
“Barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya dan melanggar ketentuan-ketentuanNya, niscaya Allah akan memasukkannya ke neraka dan ia kekal di dalamnya, dan baginya siksa yang menghinakan. ” (QS. An-Nisa: 14)
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Sungguh setan telah berputus asa untuk bisa disembah di negeri kalian (jazirah Arab), tetapi ia rela ditaati dalam perkara-perkara selain itu berupa amal-amal yang kalian anggap remeh. Oleh karena itu berhati-hatilah. Aku tinggalkan di tengah kalian, selama kalian berpegang teguh kepada keduanya kalian akan selamat selamanya, yaitu Kitabullah dan sunnah nabiNya.” (HR. Hakim, shahih)
Allah ta’ala berfirman:
“Kalian menyangkanya remeh, padahal hal tersebut dalam pandangan Allah adalah perkara penting.” (QS. An-Nur: 15)
Definisi Jenggot dan Hukumnya
Lihyah (Jenggot) adalah nama rambut yang tumbuh pada kedua pipi dan dagu. Jadi semua rambut yang tumbuh pada dagu, di bawah dua tulang rahang bawah, pipi, dan sisi-sisi pipi disebut lihyah (jenggot) kecuali kumis.
Hukum memlihara jenggot adalah wajib bagi setiap Muslim laki-laki yang baligh. Harus dipelihara. Dilarang mencukur dan merapikannya.
Hadist-Hadist Tentang Memelihara Jenggot
Cukur habislah kumis dan peliharalah jenggot” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Pangkas habislah kumis dan peliharalah jenggot” (HR. Bukhari dan Muslim)
Selisihilah orang-orang musyrik, lebatkanlah jenggot dan cuku habislah kumis” (HR. Bukhari)
“Cukurlah kumis, biarkanlah jenggot, selisihilah orang-orang Majusi” (HR. Muslim)
“Sepuluh perkara termasuk fitrah, yaitu menggunting kumis, memelihara jenggot, bersiwak, istinsyaq (menghirup air dengan hidung), memotong kuku, membasuk persendian, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan, dan istinja’.” (HR. Muslim)
“Dari Ibnu ‘Umar radhiallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,”Sungguh beliau memerintahkan untuk mencukur kumis dan memelihara jenggot.” (HR. Muslim)
Imam An-Nawawi rahinahullah berkata: Walhasil, ada lima riwayat. Seluruh kata tersebut bermakna sama yaitu biarkanlah sebagaimana adanya. (Syarah Shahih Muslim). Artinya, tanpa ada pengubahan.
Al I’faa artinya membiarkan dan melepaskan jenggot hingga menjadi banyak tanpa mencukurnya sedikutpun. Aufiruu semakna dengan u’fuu yaitu biarkanlah secara utuh tanpa dicukur.
Dalil Haramnya Mencukur Jenggot
1.    Mengubah ciptaan Allah
“Tidak ada perubahan dalam ciptaan Allah” (QS. Ar-Ruum: 30)
Allah berfirman menceritakan perkataan iblis:
“Sungguh, aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), maka mereka benar-benar mengubahnya.” (QS. An-Nisaa: 119)
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Allah melaknat orang yang menato, orang yang minta ditato, orang yang mencabut bulu wajah, orang yang minta bulu wajahnya dicabut, dan orang-orang yang merenggangkan gigi untuk kecantikan sekaligus mengubah ciptaan Allah” (HR. Bukhari dan Muslim)
Allah ta’ala berfirman:
“Sungguh kami telah memuliakan anak keturunan Adam” (QS. Al-Isra: 70)
Imam Al-Baghawi berkata ketika menafsirkan ayat di atas, “Allah memuliakan laki-laki dengan jenggot dan wanita dengan rambut kepala.”
2.    Menyelisishi perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Dalam ilmu ushul fiqh dikatakan, larangan adalah perintah untuk tidak berbuat. Larangan untuk jenggot datang dalam bentuk perintah. Misal sabda Nabi: ahfuu, arkhuu, wa firruu, atau a’fuu.
Semuanya datang dalam bentuk perintah. Dalam ilmu ushul fiqh disebutkan, perintah pada dasarnya wajib dilaksanakan kecuali ada indikator yang mengubah dari makna lahir lafaznya. Dalam masalah ini yang ada hanyalah indikator yang menguatkan wajibnya memelihara jenggot dan larangan memotongnya.
Allah berfirman,”Barangsiapa durhaka kepada Allah dan RasulNya, maka sungguh untuknya neraka Jahannam. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.” (QS. Al-Jin: 23)
3.    Menyerupai Orang-Orang Kafir
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Selisihilah orang-orang musyrik,…
“Selisihilah orang-orang majusi,…
“Selisihilah ahli kitab,…
Nabi telah menyatakan bahwa mencukur jenggot merupakan kebiasaan orang-orang musyrik yang harus diselisihi kaum Muslimin dan tidak boleh diserupai.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa menyerupai suatu golongan maka ia termasuk golongan mereka” (HR. Abu Dawud)
“Tidak termasuk golongan kita orang yang melakukan kebiasaan orang kafir.” (Lihat shahih Al-Jami’ No.5439)
4.    Menyerupai wanita
Jenggot adalah alat pembeda antara laki-laki dan perempuan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Rasulullah melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki.” (HR. Bukhari)
5.    Menyelisihi Fitrah
“Maka tegakkanlah wajahmu kepada agama yang lurus ini, yaitu fitrah Allah yang Dia fitrahkan manusia kepadanya. Tidak ada penggantian apda ciptaan Allah.” (QS. Ar-Ruum: 30)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sepuluh hal termasuk fitrah: Mengguntuing kumis, memelihara jenggot,…” (HR. Muslim)
Fitrah di sini adalah sunnah. Fitrah adalah bentuk azali hamba-hamba Allah saat pertama kali diciptakan. Allah tabiatkan manusia melakukannya, cenderung kepadanya, menganggapnya sebagai sesuatu yang indah, dan meninggalkan hal yang bertolak belakang dengan fitrah tersebut.
Memelihara jenggot merupakan salah satu ciri fisik para nabi dan Rasul Allah. Khulafaur Rasyidin, sahabat, dan tabi’in, semuanya berjenggot lebat.
Dalam mencuku jenggot terdapat pemborosan, pembuangan waktu, dan tindakan durhaka secara terang-terangan.
Mencukur jenggot merupakan kedurhakaan secara terang-terangan.
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Setiap umatku dosanya akan dimaafkan kecuali orang yang berbuat dosa secara terang-terangan.” (HR. Bukhari)
Bersambung Insya Allah.. 






Read Post | komentar

Pilih Posisi


Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang  (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka jahannam. Ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.
Dan barangsiapa menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mu’min, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik
(QS. Al-Isra: 18 dan 19)
Read Post | komentar

Karena Allah atau Manusia?



Dari semua karya yang telah kita telurkan sampai hari ini, pantas kiranya kita bertanya pada nurani, apakah semua itu untuk Allah? atau untuk manusia?
Allah ‘azza wa jalla berfirman,
“dan tidaklah kami menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaKu” (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Dalam ayat lain Allah juga mengingatkan kita:
“dan mereka tidaklah diperintahkan melainkan agar mereka menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan padaNya.” (QS. Al-Bayyinah: 5)
Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Amirul Mukminin, Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
“Sesungguhnya amalan itu tergantung niatnya. Dan setiap manusia akan mendapat sesuai yang ia niatkan. Barang siapa yang hijrahnya untuk Allah dan RasulNya, maka hijrahnya itu untuk Allah dan RasulNya. Dan barangsiapa yang hijrahnya untuk dunia atau wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya itu untuk apa yang ia niatkan. (Muttafaqun ‘alaih)
Sehari-hari mengupdate status facebook, sungguh sangat menyuibukkan. Ia sangat senang ketika orang-orang memberi komentar. Atau setidaknya menyukai statusnya. Hampir semua komentar ia tanggapi. Ceritapun bergulir. Dan ia menghabiskan waktu satu atau mungkin dua jam di depan komputer. Menghabiskan pulsa internet atau handphone. Katanya untuk bersalam-sapa dengan teman-teman, dengan siapa saja, untuk menjalin silaturrahim meski tidak bertemu.
Ada juga yang begitu rajin mengupload tulisan di blog. Hampir setiap hari selalu saja ada tulisan baru. Entah bermanfaat bagi orang lain atau tidak. Ada yang menjadikan blognya sebagai ajang curhat. Menceritakan perasaan dan gagasan. Bahkan ada yang menceritakan kisah tragis hidupnya di blog. Sebagaimana facebook, ia sangat senang ketika banyak membaca tulisannya dan memberi komentar. Hampir pasti ia akan membalas semua komentar. Aduhai, sungguh sibuk orang seperti ini.
Lain lagi dengan beberapa mahasiswa, sibuk mengurusi BEM dan HMJ. Katanya untuk latihan berorganisasi dan memberi manfaat buat khalayak. Meskipun sesungguhnya program kerja mereka tidak ada yang benar-benar bermanfaat bagi banyak orang. Apalagi mahasiswa. Mereka hanya memprogramkan pengkaderan yang menyiksa mahasiswa baru. Juga sesekali seminar remeh-temeh. Tidak membahas persoalan umat yang sesungguhnya.
Namun kita patut berbangga sebab ada juga organisasi dakwah. Sehari-hari para pengurus mengorganisasi tarbiyah-tarbiyah, seminar-seminar, dan cara terbaru merekrut orang-orang untuk bertakwa kepada Allah. ta’lim-ta’lim di gelar, tarbiyah-tarbiyah bertebaran di sudut-sudut mesjid. Alhamdulillah, semakin banyak ummat yang senang dengan kegiatan keagamaan.
Mereka juga mahasiswa, sama dengan yang lain. Sama dengan orang-orang yang setiap hari meneteng ransel beasr berisi buku-buku tebal. Duduk di bangku-bangku kuliah, mendengarkan ceramah dosen, diskusi, lalu kembali ke rumah atau pondokan masing-masing. Di rumah-rumah, mereka menyelesaikan tugas yang menumpuk. Menahana kantuk dengan secangkir kopi dan bebeapa buah gorengan. Pagi harinya, mereka kembali menenteng ransel yang sama. Duduk di kelas menjalani kuliah-kuliah. Hingga hari terakhirnya di kampus, mereka orang yang sibuk.
Namun Alhamdulillah, di tengah hiruk-pikuk kampus, segelintir mahasiswa masih ada yang prihatin dengan kondisi umat ini. prihatin dengan orang-orang yang melalaikan shalatnya. Prihatin dengan orang-orang yang menganggap ringan dosa berdua-duaan dengan lawan jenis. Prihatin dengan jadwal kuliah yang biasanya bertabrakan dengan jadwal shalat. Prihatin dengan wanita-wanita yang tidak berjilbab. Atau wanita-wanita yang sekedar mengaku berjilbab. Merekalah para aktifis dakwah.
Sehari-hari mereka selalu lebih sibuk dadri yang lain. Semua mahasiswa tentu punya jadwal kuliah. Semua mahasiswa punya tugas, ada jadwal diskusi, ada diktat yang harus dibaca, ada teman-teman yang harus dipergauli. Mereka, para aktifis dakwah, kini punya kesibukan lain yang hampir menyita semua waktunya. Jika diperhatikan keseharian dan orientasi aktifitas mereka, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa mereka sesungguh para pendakwah yang kebetulan kuliah. Ya, kuliah hanyalah pekerjaan lain mereka. Di samping berdakwah.
Di sini, kita berhenti. Berhenti sejenak. Merenung. Berpikir. Apakah semua kesibukan itu sudah untuk Allah. benarkah pernyataan kita bahwa semua dakwah ini adalah untuk Allah? benarkah bahwa Anda mengupdate status facebook karena Allah? atau menulis di blog untuk Allah? bukankah itu semua agar Anda dikenal dan dikenang?
Di sini, kita berhenti, berhenti sejenak. Merenung. Berpikir. Apakah semuanya sudah untuk Allah?
Amalan baik yang memang baik dan tidak ditujukan pada Allah hanya akan berakhir sia-sia. Selain tidak menjadi pahala di sisi Allah, juga hanya melemahkan jasad dan memperbudak seseorang. Tak mudah mencari orang yang diperbudak facebook dan twitter. Tak susah juga menemukan orang yang diperbudak blog. Bahkan tidak cukup sulit menemukan orang-orang yang diperbudak slogan-slogan kesejahteraan masyarakat, pembelaan terhadap kaum tertindas, pembela orang-orang yang terzhalimi. Tidak susah menemukan mereka.
Sudahlah, sudah saatnya kiranya diri ini menunduk dalam-dalam. Melihat kembali niat itu. niat di dalam hati. Hati yang mudah terombang-ambing. Sungguh, jika hati ini tidak menundukkan jasadnya, menghamba kepada Allah semata, ia hanya kan menjadi budak lapuk bagi dunia yang remeh ini.[]
“Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat nanti sampai ditanya tentang empat perkara: umurnya untuk apa dia gunakan, ilmunya sejauh mana dia amalkan, hartanya darimana dia dapatkan dan untuk apa dibelanjakan, dan tubuhnya untuk apa dia gunakan.”
(HR. At-Tirmidzi)


Read Post | komentar

Bukan Karena Pasir


Suatu hari setelah kuliah, saya duduk dengan teman-teman di teras trotoar kampus. Kebiasaan ini saya lakukan agar kami lebih dekat sebagai peluang berdakwah kepada mereka. Tiba-tiba lewat di depan kami 2 orang muslimah berjilbab ‘yang benar jilbabnya’. Teman-teman tak ada reaksi. Aku pun bertanya pada salah seorang teman di sampingku, “Fulan, kamu mau istrimu nanti berjilbab yang benar?”
“Anu Yudi, e,e,.. menurutku itu budaya Arabji,” jawabnya ragu.
Aku menimpali “Budaya Arab?”
“Iyo to, itu budaya Arab ji. Kan di Arab itu padang  pasir jadi debu di mana-mana makanya perempuan-perempuannya berjilbab ‘besar’ dan bercadar”. Tampaknya ia cukup yakin dengan pernyataan ini.
Pernyataan tadi di dengar teman-teman yang lain sehingga rasanya aku perlu memperdengarkan jawabanku kepada mereka. Dengan suara cukup besar kukatakan, “Jika memang karena debu dan pasir, bukankah yang paling pantas berjilbab dan bercadar adalah lelaki?”
“Iya ya.”
Ia tersenyum, tersipu malu.
“Lelaki Arab kala itu adalah orang yang rajin jalan ke pasar dan berperang. Jadi mereka paling sering terkena debu atau pasir. Tetapi faktanya mereka tidak berjilbab. Islam juga tidak memerintahkan mereka berjilbab. Wanita yang lebih banyak tinggal di rumah justru disyariatkan berjilbab. Bukankah ini jelas bukan karena pasir atau budaya Arab?”
Ia hanya tersenyum malu dan mengangguk-angguk. Teman-teman yang lain hanya tersenyum tak dapat berkata-kata.
Kawan, Islam ini indah. Janganlah kita tidak mau menikmati keindahan itu dengan ego dan hawa nafsu kita. Allah telah menyiapkan hidangan berupa syariat mulia yang akan memuliakan diri kita, saudara-saudara perempuan kita, ibu-ibu kita, lalu mengapa kita harus mencari-cari alasan untuk menghindar dari kemuliaan ini? Sungguh, seorang anak kecil akan memilih permen paling cantik warna dan paling enak rasanya di antara banyak permen. Lalu mengapa orang dewasa yang berakal memilih wejangan buruk sebagai ganti hidangan yang lezat?
“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang-orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. 33: 59)
Read Post | komentar

Butuh Guru Ngaji



Mari berburu pahala. Di sini sangat memprihatinkan. Semangat anak-anak belajar mengaji sangat besar. mereka sangat antusias. Dibutuhkan guru mengaji yang rela meluangkan waktu antara Maghrib - Isya. Mengajari mereka membaca Al-Qur'an dan beberapa do'a anak-anak. Insya Allah semakin mempertebal pundi-pundi amal kita.. 
Read Post | komentar

Tips Bercita-Cita

Entah banyak diantara manusia yang keranjingan ikut training motivasi namun masih belum termotivasi, belum dapat mengejar terget sesuai harapan, semoga tulisan singkat ini dapat bermanfaat. Inilah tips singkat meraih cita-cita:
Pertama, tetapkan niat karena Allah. Jika dari awal niat hanya untuk kesenangan dunia, capaian yang besar justru bisa menjadi petaka. Kalau bukan di dunia maka di akhirat nanti. Niat yang ikhlas juga memacu semangat untuk tetap berusaha dengan tetap memperhatikan rambu-rambu syariat.
Kedua, tetapkan tujuan tertinggi yaitu surga. Cita-cita tertinggi kita adalah surga. Adapun cita-cita dunia adalah cara kita menuju surga itu. Misalnya di dunia ini, bercita-citalah untuk dapat menghafal Al-Qur’an selama 9 bulan. Atau sudah mengkhatamkan kitab-kitab tauhid selama 1 tahun, memperbaiki kurikulum sekolah yang sekuler, dan lain-lain.
Ketiga, isi hari-hari dengan kesibukan mencapai cita-cita itu. Kalau Anda bercita-cita menghafal Al-Qur’an, maka setiap hari sudah harus punya target misalnya 1 lembar hafalan perhari. Setiap selesai shalat tahajjud mulailah menghafal sampai setelah shalat shubuh. Lalu sepanjang hari di setiap kesempatan murajaah sesering mungkin. Ba’da maghrib bisa diperdengarkan apda orang lain atau pembimbing. Juga membantu kita menghafal bila selalu dengan para penghafal.
Keempat, istiqamah. Semangat harus tetap menyala. Membara. Hingga cita-cita itu tercapai. Lalu cita-citakanlah yang lebih besar dari itu.
Mesjid darul Ilmi FEB Unhas
Rabu, 23 Rajab 1433
Read Post | komentar

Maktabah Al-Mubaraqah

Dengan pertolongan Allah, Alhamdulillah mesjid Al-Mubaraqah sudah memiliki perpustakaan mini. “Maktabah Al-Mubaraqah”, begitulah kami menyebutnya.

Maktabah Al-Mubaraqah

Menawan di Sudut Kanan Depan Mesjid

Sampai saat ini, buku-buku yang ada di Maktabah antara lain:

No Smoking, Tidak merokok Karena Allah
Isbal?
Jenggot Yes, Isbal No
Saudariku, Apa Yang Menghalangimu Berhijab?
Bimbingan Meraih Kemuliaan Ramadhan
Pesan-Pesan Rasulullah Menjelang Wafat
Karena Ilmu Mereka Rela Membujang
Kisah Inspiratif Para Penghafal Al-Qur'an
Kafilah Syuhada'
Kesalahan-Kesalahan Dalam Berdo'a
Temui Aku di Telaga
Bersemilah Ramadhan
Syarah Do'a Qunut
Musibah Terbesar Umat Islam
Penyebab Rusaknya Amal
Jangan Terperdaya
Petunjuk Nabi dalam Khutbah Jumat
Prioritas dalam Ilmu, Amal, dan Dakwah
Buku Pintar Masjid
Taman Orang-Orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu

   
Para muhsinin dapat berpartisipasi dalam pengadaan buku. Boleh menyumbangkan buku langsung atau dalam bentuk uang. Semoga sumbangan Anda bernilai pahala di sisi Allah ta'ala. 

Silahkan hubungi kami melalui email atau phone di bagian bawah blog.. 

Read Post | komentar

Dia yang Kucinta


Jika aku menginjak mesjid ini
Aku teringat pada satu sosok
Sosok yang aku cintai
Cinta dengan sepenuh hati
Sebagaimana Allah memerintahkan manusia untuk mencintai hambaNya
Dengan cinta yang sebaik-baiknya
Juga Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam
Memerintahkan ummatnya mencintai saudaranya
Laksana ia cinta pada dirinya sendiri

Jika ia suka keamanan, maka iapun harus suka keamanan itu pada saudaranya
Jika saudaranya bersedih, maka ia patut menghiburnya
Jika saudaranya terluka, maka ia patut merasa terluka
Jika saudaranya gembira, maka itupun kegembiraannya

Duhai rabb yang Maha mengetahui segala isi hati
Aku masih mengingat wajahnya
Tak lekang dihapus waktu
Tak luluh terbakar mentari
Tak beku di tengah dinginnya malam

Wajahnya tak tertutup gelap malam
Juga tak silau karena mentari
Tapi ia begitu teduh, menusuk ke relung-relung hati

Kukenang selalu akhlaknya yang mulia
Senyumnya yang mengembang menanggapi segala kelemahan kami
Terlambat datang, kasar terhadapnya, teledor dalam amanah
Semua ia maklumi

Ia hanya tersenyum
Memaafkan

Kuingat selalu ketika ia memeluk jasad yang mungil ini
Ah, tenang, damai rasanya

Setiap menjumpainya, serasa pertama kali bertemu dengannya
Ia tak terlalu pintar, khotbahnya tak sefasih para khatiib mesjid-mesjid
Motivasinya sederhana
Ia juga tak pandai berpuisi

Namun ya Allah, apa yang Engkau titipkan pada lisan dan jiwa orang ini
Hingga tutur katanya halus mengelus hati-hati kami
dan tangannya begitu lembut menyalami, memeluk kami

Ya Allah,
Jadikanlah imannya iman yang tetap hingga tubuh meregang nyawa
Jadikanlah ibadahnya sekhusyuk yang ia inginkan
Jadikanlah kelembutannya tetap lembut hingga yang ia inginkan
Jadikanlah senyumnya sebagai penghias akhlak yang menyenangkan hamba-hambaMu

Ampunilah segala kesalahannya
Perbaikilah amalannya ya Allah
Lindungilah ia dari segala keburukan
Tetapkanlah ia di atas segala kebaikan
Ya Allah ya Rabbal ‘aalamiin

Untuk Kakanda kami tercinta, K Akino Iskandar, Amir MPM periode 1432/1433
Ruang ketua Umum MPM, Mesjid Kampus Unhas,
Senin, 21 Rajab 1433
Read Post | komentar

Terkenang Selalu

Kuukir sejarah indah itu di atas batu licin
Agar kelak ia kan tetap terkenang, sepanjang masa

Tak tahu kapan tubuh ini meregang nyawa
Namun masa-masa itu kan kukenang selalu
Masa-masa, hari-hari indah dalam kepengurusan MPM
Bersama ikhwa, bersama ketua yang kami cintai

Sungguh, jika cinta itu dilukiskan dengan kata-kata
Tak tahu kiranya kata apa yang pantas melukiskannya
Jika cinta itu kulukiskan dengan gambar di atas kanvas
Rasa-rasanya jari ini tak cukup pandai melukis

Namun ingin rasanya aku melukiskannya cukup dengan lisan yang kelu ini
Meski aku yakin tak terlalu indah laksana pujangga
Namun yakinlah, ini adalah ungkapan hati kami
Kami hanya memohon keikhlasan dari Rabb yang Maha membolak-balikkan hati


Teruntuk Kakanda tercinta, Akino Iskandar, Amir MPM Periode 1432/1433
Semoga Allah mengekalkan semangat juang ini selalu.
Di ruang ketua umum MPM, Mesjid Kampus Unhas,
Senin, 21 Rajab 1433
Read Post | komentar

Tidak Puaskah?

Wahai Engkau yang tidak cukup melakukan dosa di bulan Rajab

Lalu engkau sambung kembali di bulan Sya'ban

Telah datang bulan puasa kepadamu setelah keduanya

Janganlah engkau jadikan juga sebagai bulan kemaksiatan

Bacalah Al-Qur'an dan bertasbilah dengan sungguh-sungguh

Karena sesungguhnya ia adalah bulan tasbih dan Al-Qur'an

Betapa banyak engkau mengenal para pendahulumu berpuasa

dari kalangan keluarga, tetangga dan saudara

Maut menyirnakan mereka, membiarkanmu hidup sepeninggal mereka.

Yang jauh akan menjadi dekat, alangkah cepatnya.[]


Buku"Majelis Bulan Ramadhan" oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin

Read Post | komentar

Lelah Untuk Siapa?


Dari semua karya yang telah kita telurkan sampai hari ini, pantas kiranya kita bertanya pada nurani, apakah semua itu untuk Allah? atau untuk manusia?
Allah ‘azza wa jalla berfirman,
“dan tidaklah kami menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaKu” (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Dalam ayat lain Allah juga mengingatkan kita:
“dan mereka tidaklah diperintahkan melainkan agar mereka menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan padaNya.” (QS. Al-Bayyinah: 5)
Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Amirul Mukminin, Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
“Sesungguhnya amalan itu tergantung niatnya. Dan setiap manusia akan mendapat sesuai yang ia niatkan. Barang siapa yang hijrahnya untuk Allah dan RasulNya, maka hijrahnya itu untuk Allah dan RasulNya. Dan barangsiapa yang hijrahnya untuk dunia atau wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya itu untuk apa yang ia niatkan. (Muttafaqun ‘alaih)
Sehari-hari mengupdate status facebook, sungguh sangat menyuibukkan. Ia sangat senang ketika orang-orang memberi komentar. Atau setidaknya menyukai statusnya. Hampir semua komentar ia tanggapi. Ceritapun bergulir. Dan ia menghabiskan waktu satu atau mungkin dua jam di depan komputer. Menghabiskan pulsa internet atau handphone. Katanya untuk bersalam-sapa dengan teman-teman, dengan siapa saja, untuk menjalin silaturrahim meski tidak bertemu.
Ada juga yang begitu rajin mengupload tulisan di blog. Hampir setiap hari selalu saja ada tulisan baru. Entah bermanfaat bagi orang lain atau tidak. Ada yang menjadikan blognya sebagai ajang curhat. Menceritakan perasaan dan gagasan. Bahkan ada yang menceritakan kisah tragis hidupnya di blog. Sebagaimana facebook, ia sangat senang ketika banyak membaca tulisannya dan memberi komentar. Hampir pasti ia akan membalas semua komentar. Aduhai, sungguh sibuk orang seperti ini.
Lain lagi dengan beberapa mahasiswa, sibuk mengurusi BEM dan HMJ. Katanya untuk latihan berorganisasi dan memberi manfaat buat khalayak. Meskipun sesungguhnya program kerja mereka tidak ada yang benar-benar bermanfaat bagi banyak orang. Apalagi mahasiswa. Mereka hanya memprogramkan pengkaderan yang menyiksa mahasiswa baru. Juga sesekali seminar remeh-temeh. Tidak membahas persoalan umat yang sesungguhnya.
Namun kita patut berbangga sebab ada juga organisasi dakwah. Sehari-hari para pengurus mengorganisasi tarbiyah-tarbiyah, seminar-seminar, dan cara terbaru merekrut orang-orang untuk bertakwa kepada Allah. ta’lim-ta’lim di gelar, tarbiyah-tarbiyah bertebaran di sudut-sudut mesjid. Alhamdulillah, semakin banyak ummat yang senang dengan kegiatan keagamaan.
Mereka juga mahasiswa, sama dengan yang lain. Sama dengan orang-orang yang setiap hari meneteng ransel beasr berisi buku-buku tebal. Duduk di bangku-bangku kuliah, mendengarkan ceramah dosen, diskusi, lalu kembali ke rumah atau pondokan masing-masing. Di rumah-rumah, mereka menyelesaikan tugas yang menumpuk. Menahana kantuk dengan secangkir kopi dan bebeapa buah gorengan. Pagi harinya, mereka kembali menenteng ransel yang sama. Duduk di kelas menjalani kuliah-kuliah. Hingga hari terakhirnya di kampus, mereka orang yang sibuk.
Namun Alhamdulillah, di tengah hiruk-pikuk kampus, segelintir mahasiswa masih ada yang prihatin dengan kondisi umat ini. prihatin dengan orang-orang yang melalaikan shalatnya. Prihatin dengan orang-orang yang menganggap ringan dosa berdua-duaan dengan lawan jenis. Prihatin dengan jadwal kuliah yang biasanya bertabrakan dengan jadwal shalat. Prihatin dengan wanita-wanita yang tidak berjilbab. Atau wanita-wanita yang sekedar mengaku berjilbab. Merekalah para aktifis dakwah.
Sehari-hari mereka selalu lebih sibuk dadri yang lain. Semua mahasiswa tentu punya jadwal kuliah. Semua mahasiswa punya tugas, ada jadwal diskusi, ada diktat yang harus dibaca, ada teman-teman yang harus dipergauli. Mereka, para aktifis dakwah, kini punya kesibukan lain yang hampir menyita semua waktunya. Jika diperhatikan keseharian dan orientasi aktifitas mereka, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa mereka sesungguh para pendakwah yang kebetulan kuliah. Ya, kuliah hanyalah pekerjaan lain mereka. Di samping berdakwah.
Di sini, kita berhenti. Berhenti sejenak. Merenung. Berpikir. Apakah semua kesibukan itu sudah untuk Allah. benarkah pernyataan kita bahwa semua dakwah ini adalah untuk Allah? benarkah bahwa Anda mengupdate status facebook karena Allah? atau menulis di blog untuk Allah? bukankah itu semua agar Anda dikenal dan dikenang?
Di sini, kita berhenti, berhenti sejenak. Merenung. Berpikir. Apakah semuanya sudah untuk Allah?
Amalan baik yang memang baik dan tidak ditujukan pada Allah hanya akan berakhir sia-sia. Selain tidak menjadi pahala di sisi Allah, juga hanya melemahkan jasad dan memperbudak seseorang. Tak mudah mencari orang yang diperbudak facebook dan twitter. Tak susah juga menemukan orang yang diperbudak blog. Bahkan tidak cukup sulit menemukan orang-orang yang diperbudak slogan-slogan kesejahteraan masyarakat, pembelaan terhadap kaum tertindas, pembela orang-orang yang terzhalimi. Tidak susah menemukan mereka.
Sudahlah, sudah saatnya kiranya diri ini menunduk dalam-dalam. Melihat kembali niat itu. niat di dalam hati. Hati yang mudah terombang-ambing. Sungguh, jika hati ini tidak menundukkan jasadnya, menghamba kepada Allah semata, ia hanya kan menjadi budak lapuk bagi dunia yang remeh ini.[]
“Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat nanti sampai ditanya tentang empat perkara: umurnya untuk apa dia gunakan, ilmunya sejauh mana dia amalkan, hartanya darimana dia dapatkan dan untuk apa dibelanjakan, dan tubuhnya untuk apa dia gunakan.”
(HR. At-Tirmidzi)


Read Post | komentar

Tak Ada Kata Berhenti


Tidak ada perjalanan yang mulus.
Semua jalan memiliki hambatan dan tanatangan sendiri.
Di laut kita diterhang ombak dan badai.
Di darat ada lubang dan jurang.
Di udara ada awan hitam, kabut, dan petir.

Tetapi perjalanan tidak boleh berhenti.

Karena jika berhenti, resiko begitu besar menghadang.

Begitu pula dengan perjalanan dakwah.
Kita berpacu dengan waktu.
Melawan dan menaklukkan setiap rintangan yang datang menghadang.

Tak ada kata berhenti
karena berhenti maknanya menjemput kebinasaan.

Bergerak dan terus bergerak, mengibas sayap kebenaran dan terbang mengangkasa.

Tinggikan kalimat Allah

Sampai kita tak punya kemampuan lagi untuk bernafas.[]

Motivasi dari senior. Semoga Allah merahmatinya dan selalu menjaganya dengan Islam.

Read Post | komentar
 
© Copyright Formis Official Site 2011 - Some rights reserved | Powered by Blogger.com.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates and Theme4all