Featured Post 2

Marhaban. Selamat datang di forum anak-anak Selayar di perantauan. Forum Muslim Ilmiah Selayar (FORMIS)

Formis Selayang Pandang

Emotinal Syria

Dengan Atau Tanpa Kamu

Allah benar-benar menampakkan pertolonganNya pada Diin ini. Ketika Allah memberhentikannya saat itu pula Allah melantik penggantinya. Itulah yang terjadi di mesjid kami, mesjid Al-Mubarakah, dalam semarak buka puasa tahun ini.
Adalah seorang Kakek tua, yang sejak bertahun-tahun lalu melayani buka puasa berjamaah di mesjid ini. Menjelang berbuka, ia telah menyiapkan perabot-perabot buka puasa. Ia telah mencuci piring dan gelas-gelas. Setiap hari ia sibuk melayani kue-kue yang datang silih berganti. Menyajikannya dan mempersilahkan jamaah menyantap, berbuka bersama. Setelah shalat Maghrib, sang Kakek dengan cukup tangkas membersihkan kue-kue yang masih tersisa.
Kini sang kakek telah renta. Ia sudah tidak rutin shalat berjamaah. Sesuai anjuran dokter, ia tidak boleh terlalu banyak berdiri. Beberapa kali ia sempat hampir terjatuh di Mesjid. Untung ada jamaah yang memapah beliau. Karena kondisi fisik yang tidak memungkinkan menjadi pelayan buka puasa seperti tahun lalu, tugasnya diambil alih oleh cucu-cucunya.
Cucu-cucu ini masih SD. Sebagaimana kakeknya, sebelum waktu berbuka mereka telah membersihkan semua peralatan buka puasa. Mereka juga sibuk menerima kue-kue dari masyarakat di sekitar mesjid. Mereka menyajikan santapan buka dengan rapi. Setelah shalat maghrib, mereka pula yang membersihkan sisa buka puasa. Meski tak setiap hari. Ternyata Allah selalu memiliki hamba-hamba yang siap menegakkan syi’ar-syi’ar Islam.
Jika Allah menyediakan hamba-hambaNya yang senantiasa menghidupkan syi’ar buka berjamaah, tentu syi’ar yang lebih besar Allah telah menyiapkan pengganti pula. Allah tidak akan membiarkan Islam ini terkatung-katung. Akan tetap ada segolongan orang yang senantiasa mengusungnya. Menegakkan hujjahnya. Meninggikannya atas semua pandangan jahiliyah.
Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.”
Orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya perlu tahu, Allah yang Maha membolak-balikkan hati akan selalu menyiapkan hamba-hambaNya untuk membela apa-apa yang tidak mereka sukai. Orang-orang yang ingin menyingkirkan Islam dari muka bumi perlu tahu, Pencipta langit dan bumi tidak pernah luput dari perbuatan mereka. Dan orang beriman harus tahu, jika mereka lelah dan berputus asa, lalu mundur dan meninggalkan jalan perjuangan ini, Allah akan menggantikan mereka dengan: “…suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya…”. Kaum yang tidak akan mengkhianati amanah dakwah yang dibebankan kepada mereka.
Sebagai Muslim, kita yakin, Islam akan tegak dengan atau tanpa kita. Dan orang-orang beriman tidak akan rela dirinya digantikan kaum lain. Digantikan setelah sebelumnya dipecat dari jalan perjuangan!
Makassar, 3 Ramadhan 1433


Read Post | komentar

Berdakwah Lewat Tulisan: Proposal untuk Para Aktifis Dakwah

Tulisan merupakan salah satu media dakwah. Tentang keutamaannya, Drs. Syukriadi Sambas, M. Si, dekan Fakultas Dakwah IAIN SGD Bandung, dalam pengantar buku Berdakwah Lewat Tulisan karangan Eep Kusnawan mengatakan, “Paling tidak, ia (tulisan) hadir untuk menjawab permasalahan: dapatkah dakwah disampaikan secara secara serempak dalam waktu relatif bersamaan? Selain itu, bagaimana pula agar pesan dakwah tidak mudah lekang dan dapat dikaji ulang? Bagaimana pula agar mad’u yang tidak sempat mengikuti pengajian karena sibuk, tetap dapat menerima pesan-pesan dakwah? Disamping, bagaimana pula memberikan nuansa kesejukan pada informasi yang disampaikan berbagai medai cetak yang jumlahnya semakin bertambah? Persoalan itu akan terjawab oleh kajian dakwah melalui tulisan di media massa.” Ia melanjutkan, diantara keutamaan media tulisan antara lain, dapat menyebar dalam waktu yang bersamaan, dapat diarsipkan, dan dapat menembus sementara pihak yang tidak cukup waktu untuk menghadiri pengajian.[1]
Read Post | komentar

Sebuah Seruan: Berhujjah dengan Pena Sunnah

Tanggal dua puluh dua bulan Sya’ban seribu empat ratus tiga puluh tiga. Atau tanggal sebelas Juli bagi yang menggunakan tanggal miladiyah
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuhu,
Segala puji bagi Allah ta’ala yang telah menciptakan hambaNya dengan sebaik-baik bentuk. Memberinya potensi dan bakat yang kelak berguna bagi Islam dan kaum Muslimin. Demi mengharumkan Islam yang memang semerbak. M...enyibak noktah hitam yang melingkupi umat. Menghempas segala bendungan kejahilan di depan mata orang-orang awam.
Salam dan salawat ke Nabi dan Rasul Allah, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kepada keluarga beliau, sahabat-sahabat beliau, dan kepada siapa saja yang senantiasa istiqamah di atas sunnah hingga akhir dunia ini.
Saudara Muslim dan Muslimah yang dimuliakan Allah dengan Islam. Semoga antum senantiasa dalam lindungan Allah ta’ala. Besar harapan kami semoga antum berkenan membaca surat ini hingga titik terakhir.
Beberapa pekan terakhir kami sangat resah. Dan tampaknya juga demikian bagi saudara-saudaramu pejuang lainnya. Gempuran fitnah datang dari berbagai arah. Ia laksana angin. Menghimpit dari kiri dan kanan, mendorong dari belakang dan bawah, menimpa dari atas, dan menerjang dari depan. Segala sisi, Islam dan kaum Muslimin diuji.
Orang-orang liberal berani unjuk gigi. Mereka mengiklankan kesesatan “pluralisme agama” dimana-mana. Seminar-seminar diselenggarakan, diskusi-diskusi digelar, dan buku-buku diterbitkan. Semua untuk menyebarkan paham pluralisme agama. Malangnya, ide-ide ini berkembang pesat di kampus-kampus. Yang notabene dihuni umat Islam. Dan tampaknya, sasaran utama liberalisasi ini memang umat Islam.
Bulan Ramadhan lalu sebuah forum demokrasi di kampus mengadakan diskusi. Tampil sebagai pembicara Prof. Qasim Mathar dan Pak Aswar Hasan. Kami tak banyak mempersoalkan pak Aswar, sebab dalam pengetahuan kami, beliau anggota Dewan Dakwah Islamiyah. Belum pernah kami dengar argumennya yang nyeleneh dan merendahkan Islam. Berbeda dengan Pak Aswar, Qasim Mathar mulai dari penampilan dan gelagat sama sekali tak mencerminkan kebaikan bagi manusia, khususnya kaum Muslimin.
Dalam pengantarnya, ia mengatakan semua pendapat harus diterima. Dipandang sama rata. Bahwa semua benar. Tidak ada yang salah. Tidak boleh seorang Muslim menuduh pendapat yang berseberangan dengan pendapatnya salah. Sebab katanya semua orang berhak berbicara. Lagi pula, tegasnya, kebenaran sesuatu kebanyakan tidak dinilai dari hakikat benar itu sendiri. Dengan kata lain, boleh jadi sesuatu dianggap benar padahal sesungguhnya keliru. Semua, katanya, tergantung siapa yang berkuasa saat itu.
Di Iran, lanjutnya, yang dianggap benar adalah aqidah Syiah Itsna ‘asyariyah. Sebab yang berkuasa adalah rezim syiah. Di Indonesia, yang dianggap benar adalah paham ahlussunnah wal jamaah. Sebab yang berkuasa adalah MUI dan pemerintah yang berpaham ahlus sunnah. jadi menurutnya, kebenaran itu tergantung pada siapa yang berkuasa. Sehingga jika ada kelompok tertentu yang mengklaim dirinya benar sedang yang lain salah, maka tuduhan itu mungkin bisa saja ia lontarkan, tetapi apakah ia benar-benar salah atau tidak, tergantung pada persepsi masing-masing. Yang penting, katanya, tidak boleh ada saling menyalahkan dan menyudutkan satu sama lain.
Pandangan Qasim Mathar sangat bertentangan dengan ungkapannya dalam banyak tulisannya sendiri. Suatu ketika, sebelum mengenal sosok liberal ini, kami membaca tulisannya di kolom koran harian Fajar. Mohon maaf kami lupa hari dan tanggalnya. Dalam tulisan singkat itu ia menegaskan, umat Islam di Indonesia belum mampu toleran. Masih banyak diantara umat Islam yang terlalu banyak menyalahkan yang lain. Kelompok yang berseberangan dengannya. Padahal, tanpa ia sadari, ia telah ‘menyalahkan’ kelompok yang bersebarangan dengannya. Ini paradoks. Pada saat ia mengatakan tidak boleh ‘menyalahkan’, saat itu pula ia sedang menyalahkan. Menyalahkan umat islam yang konsisten dengan agamanya. Menolak semua ajaran menyimpang yang mengaku Islam.
Merebaknya ide liberalisme seperti ini dimanfaatkan dengan baik orang-orang Syiah. Syiah yang berdiri di atas landasan aqidah yang rapuh melihat momentum ini sebagai lompatan besar dalam penyebaran keyakinannya. Orang-orang yang telah terjangkiti virus liberalisme, akan menerima semua ajaran. Kecuali Islam yang benar. Itulah sebabnya, kita melihat orang-orang yang paling getol mempertahankan Jalaluddin Rakhmat bercokol di UIN diantaranya ialahQasim Mathar.
Sebelum menyebarkan paham syiah yang sesungguhnya, kami melihat para aktivis mereka terlebih dahulu membuka kran pikiran anak-anak muda dengan liberalisme. Orang-orang yang tahap awal mengikuti diskusi dan membenarkan ide mereka akan berkata,”Kami membenarkan Al-Qur’an. Dan ia adalah kitab suci. Tetapi kita juga tidak boleh menolak konsep Aristoteles.” Mungkin ia lupa, Imam Asy-Syafii telah mengingatkan, “Orang–orang menjadi bodoh, buta agama, dan sering berselisih paham, karena mereka meninggalkan bahasa Arab dan lebih mengutamakan konsep Aristoteles.” Ia juga sangat awam akan pertentangan pendapat dikalangan filsuf sendiri. Bahkan satu pendapat dengan pendapat lain pada satu orang filsuf tak jarang bertabrakan.
Suatu malam, teman kita dari jurusan # berkunjung ke kamar kami. Kami tak menduga kalau kepalanya sudah dicekoki pemikiran liberal dan syiah sekaligus. Tapi belum parah. Ketika menyebutkan keburukan syiah, ia menimpali,”Kalau saya pelajari keduanya. Kan kita tidak tahu apakah benar atau salah sebelum mempelajari keduanya. Makanya kami juga belajar Syiah”. Ya kamu belajar syiah, tapi dengan teman dan manhaj (jalan) yang salah.
Sekarang ia telah menjadi aktivis syiah dan liberal sekaligus. Ia mengajak teman-teman secara sembunyi-sembunyi ke rumah kontrakannya. Suatu hari ketika sedang duduk di gazebo, berkat bekal insting yang cukup tinggi terhadap segala tindak kejahatan, alhamdulillah kami dapat menebak ia sedang mengumpulkan adik-adik 2011 untuk ‘diskusi’ di rumahnya itu.
Teman kita ini telah banyak mengkhatamkan buku-buku syiah. Menurut laporan teman satu rumahnya, ia telah khatam ensiklopedi syiah. Dan ia membenarkan semua isinya. Pengakuannya bahwa ia belajar ‘keduanya’ ̶ syiah dan sunni – tidak terbukti. Ia sama sekali tidak pernah bertanya pada ustadz tentang sunni. Tidak pernah berusaha memperbaiki bacaan Qur’annya. Sehariannya dilingkupi pertamanan dengan senior yang telah terjangkit syiah. Maka jadilah ia syiah. Entah secara aqidah. Namun pemikirannya jelas menunjukkan ia cenderung ke syiah. Dan tak jarang seseorang meyakini sesuatu karena pemikirannya.
Kita tinggalkan teman ini.
Belum lama kami mengikuti seminar nasional syiah di gedung IPTEKS. Temanya “Kepemimpinan dalam Perspektif Agama dan Budaya”. Tampil sebagai pembicara Muhammad Rusli Malik (rafidhah), Musadiq Marhaban (Rafidhah), Prof. Rahimpour (Rafidhah dari Iran), dan Dr. Arya (Hindu dari Bali). Acara ini sesungguhnya tak layak disebut seminar. Apalagi seminar nasional. Para pembicara tak menyediakan makalah. Kecuali Musadiq Marhaban yang membuat makalah tanpa catatan kaki. Prof. Rahimpour membawa materi seolah ia memberi kuliah umum.
Cukup dengan seminar itu, sangat mudah ditebak bahwa penganut syiah di Indonesia dan Makassar dan sekitarnya pada khususnya sudah sangat banyak. mereka ada di sekitar kita. pakaiannya sama dengan pakaian kita. Jilbabnya sama dengan jilbab wanita Muslimah. Yang menarik perhatian kami, sebab diantara peserta wanita ada beberapa gadis belia yang nampaknya lugu. Style mereka, gaya mereka berbicara, caranya mengambil kursi duduk, gerak-gerik mereka, menunjukkan mereka asing dengan tempat-tempat sejenis IPTEKS. Ini setidaknya menunjukkan, betapa mudahnya mereka ditipu syiah. Dan bukan mustahil, sebentar lagi kehormatan mereka tergadai atas nama amalan mulia ala syiah, nikah mut’ah.
Semua peserta yang pro kegiatan itu tampak tidak siap menerima materi. Tidak satupun diantara mereka yang menunjukkan kewibawaan seorang yang berilmu. Mereka tidak siap mendapat kajian yang bertentangan dengan aqidah mereka sebelumnya. Karena gaya bicara yang seolah intelek, makalah yang tampak ilmiah, dan buku-buku yang bersampul indah, mereka tertarik dan benar-benar menjadi pendukung syiah.
Inilah poinnya. Mereka tidak berilmu sehingga mudah ditipu.
Saudara Muslim yang dimuliakan Allah,
Alhamdulillah, hari Senin lalu saudaramu seiman bersama rekan seperjuangan membentuk komunitas penulis Al-Ghuraba. Motto: Berhujjah dengan Pena Sunnah. Kita ingin mendobrak semua paham menyimpang. Tulisan kita sudah harus menyebar di kampus. Dibaca dan dikaji rekan-rekan mahasiswa. Menjadi bahan perbincangan mereka. Menghiasi kumpulan artikel mereka. Dan menjadi buah bibir di kalangan orang-orang yang benci dengan dakwah sunnah. Kami yakin, saudara-saudara kita kaum Muslimin, sebejat apapun mereka, di dalam hatinya masih tersimpan aqidah yang murni ahlussunnah wal jamaah. Ya, ketika mereka baru tiba dari kampung. baru pertama menginjakkan kaki di kampus. Sebelum mereka bertemu senior.
Tulisan kita sudah harus menjadi konsumsi mereka. Ini juga menunjukkan eksistensi dakwah salaf. Bahwa kita tidak diam. Kita cegah mereka meyakini pluralisme, liberalisme, dan multikulturalisme. Paham-paham sesat. Laksana virus HIV yang membuka jalan masuk bagi semua penyakit. Pada saat yang sama, tulisan kita harus dapat mengangkat citra Islam. Islam yang indah kita sampaikan dengan argumen yang indah. Argumen yang mematahkan argumen lawan dan membuat lidahnya kelu. Ustadz Dr.Adian Husaini dalam novelnya, Kemi: Cinta Kebebasan yang Tersesat, mengatakan, semua argumen mereka berdiri di atas pondasi yang lemah. Sedangkan Islam kita, kata seorang orientalis Jerman, berdiri di atas basis ideologi yang kuat.
Dengan tulisan dan kajian-kajian, kita berharap dapat menelanjangi pemikiran mereka. Dengan argumen mereka sendiri. Insya Allah, kami yakin, dengan pertolongan Allah, kita dapat melakukannya. Sebagaimana Allah telah menolong hambaNya Ibnu Taimiyah rahimahullah membantah filsafat kafir dan Syiah rafidhah.
Kita mulai dengan ilmu. Kita mulai dengan rekan yang baik. Kita mulai dengan kajian-kajian, diskusi, dan buku-buku tauhid. Kami yakin, minimal dengan mendalami materi tarbiyah seperti tauhid, makna dua kalimat syahadat, tiga landasan utama (mengenal Allah, mengenal Rasulullah, mengenal Dinul Islam) kita sudah dapat membantah pemikiran menyimpang itu. ditambah buku-buku dan artikel tentang liberalisme. Misalnya di situs insistnet.com. dan beberapa buku ringan.
Saudara Muslim dan Muslimah yang dimuliakan Allah,
Besar harapan kami semoga kami mendengar jawaban menggembirakan. Semoga tidak memberatkanmu. Kebaikan memang butuh perjuangan. Maka lihatlah di jalan mana dan dengan siapa engkau berjuang. Pertarungan ini bukanlah karena politik dan sosial budaya. “Pertarungan ini antara iman dan kufur. Genderang perang telah ditabuh. Maka pilihlah barisanmu.” (nasehat mujahidin)
Salam tanzhim,
penaghuraba@gmail.com
alghuraba-online.blogspot.com
+6289 915 444 96 (W. Ong)
Wa shallallahu wa sallam ‘ala Muhammad wa ‘ala alihi wa ashhabihi ajmaiin [titik terakhir]

Read Post | komentar

Surat Untuk...

Tanggal sepuluh Juli dua ribu dua belas malam
Untuk # di Benteng Selayar,
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuhu,..
Segala puji hanya milik Allah. Salam dan salawat semoga tetap tercurah ke Nabiullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, dan segenap keluarga beliau.
Alhamdulillah tadi sore saya sudah membeli kitab Minhajul Qashidin bahasa Indonesia. Mohon maaf karena saya tidak tahu buku yang khusus membahas menundukkan pandangan. Sepertinya saya memang tidak pernah membaca buku seperti itu. Yang banyak hanya artikel lepas yang di posting di internet.
Menundukkan pandangan merupakan bagian dari Tazkiyatun Nufus. Karena itulah saya berpikir lebih baik membeli buku yang lebih lengkap dan khusus membahas penyucian jiwa. Sebab jika parsial, yakni hanya menundukkan pandangan saja, sepertinya tidak akan berpengaruh sesuai keinginan kita.
Allah ta’ala (QS.An-Nur: 30-31) memerintahkan laki-laki dan wanita-wanita beriman untuk masing-masing menundukkan pandangan. Sebab itu lebih suci bagi keduanya. Saya pun masih terus berlatih mengamalkan perintah ini. dan insya Allah dengan mengkhatamkan Minhajul Qashidin dapat membantu menundukkan pandangan.
Read Post | komentar

KEMI: Cinta Kebebasan Yang Tersesat

Adalah novel Ustadz Dr. Adian Husaini. Terbitan pertama oleh Gema Insani Press pada bulan Syawal 1431. Berukuran 18,3 cm dengan tebal 316 halaman.
Novel ini berkisah tentang Rahmat. Seorang santri cerdas yang diutus Kyai-nya ke Institute Damai-Sentosa, tempat sahabatnya Kemi melanjutkan pendidikan. Ia membawa misi mengembalikan Kemi ke pesantren. mengembalikannya ke Islam. Mengajaknya bertaubat dari pemikiran liberal yang selama ini digelutinya.
Read Post | komentar

Malam Nishfu Sya'ban Sama Dengan Malam Lainnya

Syaikhuna, Dr. Sholih bin Fauzan bin ‘Abdillah Al Fauzan hafizhohullah ditanya, “Apakah ada dalil dari Al Qur’an atau hadits nabawi yang menunjukkan anjuran shalat malam nishfu sya’ban dan puasa di siang harinya? Jika ada dalil, bagaimana cara khusus untuk menghidupkan malam nishfu sya’ban tersebut?
malam_nishfu_syabanSyaikh hafizhohullah menjawab,
Tidaklah ada dalil dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menunjukkan anjuran menghidupkan malam nishfu Sya’ban atau berpuasa pada siang harinya (15 Sya’ban). Tidak ada dalil yang menjadi sandaran dalam hal tersebut. Malam nishfu Sya’ban seperti halnya malam lainnya. Barangsiapa memiliki kebiasaan menghidupkan malam harinya dengan shalat tahajjud, maka hendaklah ia menghidupkannya sebagaimana ia melakukannya di malam-malam lainnya selama ia tidak menganggap pada malam tersebut punya keistimewaan. Karena mengkhususkan suatu waktu untuk ibadah harus membutuhkan dalil yang shahih. Jika tidak ada dalilshahih, maka mengkhususkan suatu ibadah pada waktu tertentu termasuk amalan yang tidak ada tuntunan. Setiap amalan yang tidak ada tuntunan termasuk kesesatan.
Begitu pula tidak ada dalil yang menunjukkan anjuran berpuasa pada tanggal 15 Sya’ban atau pada hari nishfu Sya’ban. Tidak ada dalil dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menunjukkan untuk melakukan puasa pada hari tersebut. Jadi jika mengistimewakan puasa pada hari tersebut, maka jelas adalah suatu yang tidak ada tuntunannya. Karena amalan yang tidak ada tuntunan adalah yang tidak memiliki dalil dari Al Qur’an dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu dianggap oleh orang yang melakukannya sebagai bentuk ketaatan kepada Allah Ta’ala. Karena sekali lagi ibadah adalah tauqifiyah yang harus didukung oleh dalil syar’i.
Adapun hadits yang membicarakan nishfu sya’ban semuanya dho’if (lemah) sebagaimana disebutkan oleh para ulama sehingga tidak bisa dijadikan landasan dalam beribadah. Jadinya tidak perlu mengkhususkan ibadah shalat malam maupun puasa pada hari tersebut. Namun bagi yang memiliki kebiasaan berpuasa pada ayyamul bidh (13, 14, 15 setiap bulan Hijriyah), maka hendaklah ia melakukan puasa tersebut pada bulan Sya’ban sebagaimana bulan lainnya dan tidak perlu menjadikan tanggal 15 tersebut menjadi hari yang istimewa dari yang lainnya. Begitu pula yang hendak memperbanyak puasa sunnah di bulan Sya’ban sebagaimana hal ini dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka silakan melakukannya. Akan tetapi janganlah menjadikan puasa tanggal 15 tersebut menjadi puasa yang istimewa lebih dari yang lainnya. Puasa pada tanggal tersebut hanyalah ikutan dari puasa lainnya.
Intinya, tidaklah tepat mengkhususkan malam Nishfu Sya’ban dengan melakukan shalat malam. Begitu pula tidaklah tepat mengistimewakan hari nishfu Sya’ban (15 Sya’ban) dengan puasa khusus. Semua yang dilakukan orang awam pada malam tersebut atau siang harinya, semuanya adalah amalan yang tidak ada tuntunan dan perlu diperingatkan. Ibadah shalat dan puasa sudahlah cukup dari petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak perlu membuat-buat suatu amalan baru (yang tidak ada tuntunannya). Wallahu Ta’ala a’lam. [Al Muntaqo min Fatawa Al Fauzan, soal no. 156, urutan Asy Syamilah]
Renungan …
‘Abdullah bin Al Mubarok pernah ditanya mengenai turunnya Allah pada malam Nishfu Sya’ban, lantas beliau pun memberi jawaban pada si penanya, “Wahai orang yang lemah! Yang engkau maksudkan adalah malam Nishfu Sya’ban?! Perlu engkau tahu bahwa Allah itu turun di setiap malam (bukan pada malam Nishfu Sya’ban saja, -pen).” Dikeluarkan oleh Abu ‘Utsman Ash Shobuni dalam I’tiqod Ahlis Sunnah (92).
Al ‘Aqili rahimahullah mengatakan, “Mengenai turunnya Allah pada malam Nishfu Sya’ban, maka hadits-haditsnya itu layyin(menuai kritikan). Adapun riwayat yang menerangkan bahwa Allah akan turun setiap malam, itu terdapat dalam berbagai hadits yang shahih. Ketahuilah bahwa malam Nishfu Sya’ban itu sudah masuk pada keumuman malam, insya Allah.” Disebutkan dalam Adh Dhu’afa’ (3: 29).
Wallahu waliyyut taufiq was sadaad.

Baca pembahasan lainnya di Rumaysho.com mengenai malam Nishfu Sya’ban:

@ Ummul Hamam, Riyadh, KSA, 8 Sya’ban 1433 H
rumaysho.com 
Read Post | komentar (2)

Hatinya Bergetar

Kisah berikut dituturkan Ustadz Muhammad Yusran Anshar, Lc dalam kajian rutin Senin sore di Mesjid Ulul Albab Politeknik Negeri Ujung Pandang. Hadist tentang keutamaan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Kala itu, Abu Bakar radhiallahu ‘anhu membuat tempat khusus di depan rumahnya untuk shalat. Bacaan Al-Qur’annya menarik perhatian wanita-wanita dan anak-anak orang musyrik Mekah.
Suatu ketika, Syaikh Muhammad bin Abdurrahman Al-Arifi, atau yang akrab disapa Syaikh Al-Arifi, berceramah di tempat yang dihadiri orang-orang Islam dan orang-orang kafir. Setelah ceramah, beliau disambut hangat oleh hadirin. Lalu ada seseorang yang menemui beliau. Ia bertanya perihal ceramah beliau. Katanya ada beberapa kalimat di sela-sela ceramah itu yang sangat menggugahnya. Berbeda dengan kalimat lainnya. Dan ia yakin itu bukan ucapan Syaikh Al-Arifi.
Syaikh pun mengulangi beberapa kalimat yang dimaksud. Dan tahukah Anda kalimat apa itu? ia adalah ayat-ayat Al-Qur’an.
Uniknya, orang tadi tidak dapat berbahasa Arab. Dia dapat membedakan bahasa Arab dengan bahasa Al-Qur’an. Meskipun bahasa Al-Qur’an adalah bahasa Arab.
Wajar saja orang-orang musyrik Mekah melarang Abu Bakar Ash-Shiddiq shalat atau membaca A-Qur’an terang-terangan.
Read Post | komentar

Bedah Buku Islam Liberal 101

Selasa, 29 Rajab 1433 atau bertepatan tanggal 19 Juni 2012 Miladiyah, Solidaritas Muslim Se-FIS (SMS) bekerja sama dengan UKM LDK MPM Unhas, menggelar bedah buku “Islam Liberal 101”. Menghadirkan penulisnya, Akmal Sjafril, S.T, M.Pd.I yang sedang tour di kota Makassar. Tampil sebagai pembicara mendampingi Akmal, Dr. Muhammad Rusdi, akademisi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang memiliki kepedulian tinggi menangkal gerakan Islam liberal. Kegiatan ini dihadiri mahasiswa dari berbagai kampus. Terutama yang tergabung dalam Komunitas Indonesia Tanpa JIL (Jaringan Islam Liberal) Makassar.
Prof. Dr. Muhammad Noer Jihad, pembina SMS, dalam sambutannya mengatakan bahwa Islam liberal ibarat virus. Ia adalah kuman. Masuk ke tubuh dan tidak terasa. Ia bahkan telah masuk kampus dan sangat halus. Karena itu katanya, ia sangat bersyukur ternyata masih ada mahasiswa sebagai generasi penerus perjuangan yang masih tetap peduli terhadap isu liberalisme.
Beliau juga menyampaikan apresiasi yang baik kepada segenap pengurus SMS dan MPM Unhas untuk terus mengadakan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat.
Akmal Sjafril mulai membedah buku dengan memaparkan definisi Islam Liberal. Katanya, para aktifis liberalisme sendiri tidak dapat mendefinisikan Islam liberal. Sehingga semua argumen yang berdiri di atas Islam liberal ini juga rancu.
Menarik ketika Akmal memaparkan 6 landasan Islam Liberal dari berbagai referensi orang-orang liberal sendiri.  Katanya, kesesatan Islam liberal bermula dari kelancangan mereka membuka pintu Ijtihad bagi semua lini Islam. Mulai dari muamalah (interaksi dengan sesama), ubudiyyah (ibadah), sampai Uluhiyah (teologi). Padahal menurutnya, dalam Islam pintu berijtihad hanya pada muamalah dan ibadah. Tidak ada partisipasi manusia dalam hal ketuhanan. Berupa sifat-sifat Allah dan yang lainnya. Akmal mengatakan, mereka sesuungguhnya tidak sedang berijtihad, tetapi berspekulasi.
Anak-anak yang baru belajar Islam pun tahu, bahwa sumber hukum Islam adalah Al-Qur’an, Sunnah, dan ijtihad. Ijtihad tidaklah dapat mengutak-atik Al-Qur’an dan sunnah. apa yang secara tegas telah tetap seperti sifat-sifat Allah, tentang halal dan haram yang sudah ditetapkan, sudah tidak dapat berubah hanya dengan ijtihad manusia.
Landasan ke dua dan seterusnya tidak beliau paparkan karena terbatasnya waktu.
Pemateri kedua, Dr. Muhammad Rusdi memberi penegasan merebaknya liberalisasi Islam di masyarakat. Ia mengatakan, di kota Makassar ada seorang tokoh yang sangat getol mempromosikan liberalisme. Karena itu, katanya, kita harus punya langkah-langkah tertentu untuk menghalangi kerja mereka.
Di akhir acara, setelah tanya jawab beberapa peserta berfoto riang dengan pemateri.
Akmal sendiri masih akan melanjutkan tour. Diantaranya ke UIN Alauddin Makassar, markas para gembong liberasme di Makassar. Rencananya, di kampus ini, beliau akan dipanel dengan Prof. Dr. Qasim Mathar, praktisi dan pegiat liberalisme. Sekedar diketahui, Qasim Mathar sebelumnya selalu tidak hadir jika diajak panel dengan Ustadz yang menentang liberalisme, terutama saat hendak berdampingan dengan Dr. Adian Husaini, ketua program pasca sarjana pendidikan Islam Universitas Ibnu Khaldun, Bogor. Semoga kali ini dia dapat hadir.
Semoga Allah memberi pertolongan kepada hamba-hambaNya yang bekerja keras di jalanNya.[]
Mesjid Kampus Unhas
Rabu, 30 Rajab 1433
Read Post | komentar

Sejarah Selayar

Rumah Jabatan Bupati Tempo Dulu
Pada masa lalu, Kabupaten Kepulauan Selayar pernah menjadi rute dagang menuju pusat rempah-rempah di Moluccan (Maluku). Di Pulau Selayar, para pedagang singgah untuk mengisi perbekalan sambil menunggu musim yang baik untuk berlayar. Dari aktivitas pelayaran ini pula muncul nama Selayar. Nama Selayar berasal dari kata cedaya (bahasa Sanskerta)[7][8] yang berarti satu layar, karena konon banyak perahu satu layar yang singgah di pulau ini. Kata cedaya telah diabadikan namanya dalam Kitab Negarakertagama karangan Empu Prapanca pada abad 14. Ditulis bahwa pada pertengahan abad 14, ketika Majapahit dipimpin oleh Hayam Wuruk yang bergelar Rajasanegara, Selayar digolongkan dalam Nusantara, yaitu pulau-pulau lain di luar Jawa yang berada di bawah kekuasaan Majapahit. Ini berarti bahwa armada Gajah Mada atau Laksamana Nala pernah singgah di pulau ini.
Selain nama Selayar, pulau ini dinamakan pula dengan nama Tana Doang yang berarti tanah tempat berdoa[4]. Di masa lalu, Pulau Selayar menjadi tempat berdoa bagi para pelaut yang hendak melanjutkan perjalanan baik ke barat maupun ke timur untuk keselamatan pelayaran mereka. Dalam kitab hukum pelayaran dan perdagangan Amanna Gappa (abad 17), Selayar disebut sebagai salah satu daerah tujuan niaga karena letaknya yang strategis sebagai tempat transit baik untuk pelayaran menuju ke timur dan ke barat. Disebutkan dalam naskah itu bahwa bagi orang yang berlayar dari Makassar ke Selayar, Malaka, dan Johor, sewanya 6 rial dari tiap seratus orang.
Belanda mulai memerintah Selayar pada tahun 1739. Selayar ditetapkan sebagai sebuah keresidenan dimana residen pertamanya adalah W. Coutsier (menjabat dari 1739-1743). Berturut-turut kemudian Selayar diperintah oleh orang Belanda sebanyak 87 residen atau yang setara dengan residen seperti Asisten Resident, Gesagherbber, WD Resident, atau Controleur. Barulah Kepala pemerintahan ke 88 dijabat oleh orang Selayar, yakni Moehammad Oepoe Patta Boendoe. Saat itu telah masuk penjajahan Jepang sehingga jabatan residen telah berganti menjadi Guntjo Sodai, pada tahun 1942. Di zaman Kolonial Belanda, jabatan pemerintahan di bawah keresidenan adalah Reganschappen. Reganschappen saat itu adalah wilayah setingkat kecamatan yang dikepalai oleh pribumi bergelar "Opu". Dan kalau memang demikian, maka setidak-tidaknya ada sepuluh Reganschappen di Selayar kala itu, antara lain: Reganschappen Gantarang, Reganschappen Tanete, Reganschappen Buki, Reganschappen Laiyolo, Reganschappen Barang-Barang dan Reganschappen Bontobangun. Di bawah Regaschappen ada kepala pemerintahan dengan gelar Opu Lolo, Balegau dan Gallarang. Pada tanggal 29 November 1945 (19 Hari setelah Insiden Hotel Yamato di Surabaya) pukul 06.45 sekumpulan pemuda dari beberapa kelompok dengan jumlah sekitar 200 orang yang dipimpin oleh seorang pemuda bekas Heiho bernama Rauf Rahman memasuki kantor polisi kolonial (sekarang kantor PD. Berdikari). Para pemuda ini mengambil alih kekuasaan dari tangan Belanda yang di kemudian hari tanggal ini dijadikan tanggal Hari Jadi Kabupaten Kepulauan Selayar. Tahun Hari Jadi diambil dari tahun masuknya Agama Islam di Kabupaten Kepulauan Selayar yang dibawa oleh Datuk Ribandang, yang ditandai dengan masuk Islamnya Raja Gantarang, Pangali Patta Radja, yang kemudian bernama Sultan Alauddin, pemberian Datuk Ribandang. Peristiwa itu terjadi pada tahun 1605, sehingga ditetapkan Hari Jadi Kabupaten Kepulauan Selayar adalah 29 November 1605.[9]

Read Post | komentar

Beasiswa

Bagi teman-teman yang punya info beasiswa tolong bagi ya..
Read Post | komentar

Jenggot Yes, Isbal No (1)



Diantara banyak yang mendapat celaan, satu diantaranya adalah orang-orang yang senantiasa membiarkan jenggotnya dan mengangkat kainnya. Jenggotnya mereka biarkan menjulur apa adanya, dirapikan seperlunya, tanpa memotong sedikitpun. mereka mengangkat kainnya berupa celana, sarung, dan sebagainya, hingga di atas mata kakinya. Orang-orang yang tidak paham dan ada penyakin dalam hatinya mengolok-olok mereka. Penampilan yang tidak sama dengan kebanyakan orang dianggap aneh sehingga pantas diejek dan dihina. Namun sabarlah wahai saudaraku, sungguh kita ada di atas jalan yang benar.
Ejekan dan hinaan, memang akan selalu ada bagi siapa saja yang tidak sama atau menyimpang dari kebiasaan orang-orang. Namun apakah ‘penyimpangan’ salah? Atau mereka yang salah.
Mudah-mudahan Allah meneguhkan hati kita dalam ketaatan memanjangkan jenggot dan tidak isbal (memanjangkan kain hingga bawah mata kaki) dan membukakan hati mereka untuk menerima syariat yang mulia ini.
Berikut ini ringkasan buku “Jenggot Yes, Isbal No” yang diterbitkan Media Hidayah Yogyakarta. Buku kecil ini merupakan terjemahan dari tulisan 3 Syaikh. Yakni, Syaikh Abdullah bin ‘Abdul Hamid, Syaikh Abdul Karim Al-Juhaimin, dan Syaikh Abdulullah bin Jarullah alu Jarullah.
Memelihara Jenggot
Memelihara jenggot merupakan perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah telah menjamin hal ini. Allah berfirman:
“Apa yang diberikan Rasul kepada kalian maka terimalah dan apa yang dilarangnya maka tinggalkanlah. Takutlah kepada Allah, sungguh Allah sangat keras siksanya.” (QS. Al-Hasyr: 7)
“Barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya dan melanggar ketentuan-ketentuanNya, niscaya Allah akan memasukkannya ke neraka dan ia kekal di dalamnya, dan baginya siksa yang menghinakan. ” (QS. An-Nisa: 14)
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Sungguh setan telah berputus asa untuk bisa disembah di negeri kalian (jazirah Arab), tetapi ia rela ditaati dalam perkara-perkara selain itu berupa amal-amal yang kalian anggap remeh. Oleh karena itu berhati-hatilah. Aku tinggalkan di tengah kalian, selama kalian berpegang teguh kepada keduanya kalian akan selamat selamanya, yaitu Kitabullah dan sunnah nabiNya.” (HR. Hakim, shahih)
Allah ta’ala berfirman:
“Kalian menyangkanya remeh, padahal hal tersebut dalam pandangan Allah adalah perkara penting.” (QS. An-Nur: 15)
Definisi Jenggot dan Hukumnya
Lihyah (Jenggot) adalah nama rambut yang tumbuh pada kedua pipi dan dagu. Jadi semua rambut yang tumbuh pada dagu, di bawah dua tulang rahang bawah, pipi, dan sisi-sisi pipi disebut lihyah (jenggot) kecuali kumis.
Hukum memlihara jenggot adalah wajib bagi setiap Muslim laki-laki yang baligh. Harus dipelihara. Dilarang mencukur dan merapikannya.
Hadist-Hadist Tentang Memelihara Jenggot
Cukur habislah kumis dan peliharalah jenggot” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Pangkas habislah kumis dan peliharalah jenggot” (HR. Bukhari dan Muslim)
Selisihilah orang-orang musyrik, lebatkanlah jenggot dan cuku habislah kumis” (HR. Bukhari)
“Cukurlah kumis, biarkanlah jenggot, selisihilah orang-orang Majusi” (HR. Muslim)
“Sepuluh perkara termasuk fitrah, yaitu menggunting kumis, memelihara jenggot, bersiwak, istinsyaq (menghirup air dengan hidung), memotong kuku, membasuk persendian, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan, dan istinja’.” (HR. Muslim)
“Dari Ibnu ‘Umar radhiallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,”Sungguh beliau memerintahkan untuk mencukur kumis dan memelihara jenggot.” (HR. Muslim)
Imam An-Nawawi rahinahullah berkata: Walhasil, ada lima riwayat. Seluruh kata tersebut bermakna sama yaitu biarkanlah sebagaimana adanya. (Syarah Shahih Muslim). Artinya, tanpa ada pengubahan.
Al I’faa artinya membiarkan dan melepaskan jenggot hingga menjadi banyak tanpa mencukurnya sedikutpun. Aufiruu semakna dengan u’fuu yaitu biarkanlah secara utuh tanpa dicukur.
Dalil Haramnya Mencukur Jenggot
1.    Mengubah ciptaan Allah
“Tidak ada perubahan dalam ciptaan Allah” (QS. Ar-Ruum: 30)
Allah berfirman menceritakan perkataan iblis:
“Sungguh, aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), maka mereka benar-benar mengubahnya.” (QS. An-Nisaa: 119)
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Allah melaknat orang yang menato, orang yang minta ditato, orang yang mencabut bulu wajah, orang yang minta bulu wajahnya dicabut, dan orang-orang yang merenggangkan gigi untuk kecantikan sekaligus mengubah ciptaan Allah” (HR. Bukhari dan Muslim)
Allah ta’ala berfirman:
“Sungguh kami telah memuliakan anak keturunan Adam” (QS. Al-Isra: 70)
Imam Al-Baghawi berkata ketika menafsirkan ayat di atas, “Allah memuliakan laki-laki dengan jenggot dan wanita dengan rambut kepala.”
2.    Menyelisishi perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Dalam ilmu ushul fiqh dikatakan, larangan adalah perintah untuk tidak berbuat. Larangan untuk jenggot datang dalam bentuk perintah. Misal sabda Nabi: ahfuu, arkhuu, wa firruu, atau a’fuu.
Semuanya datang dalam bentuk perintah. Dalam ilmu ushul fiqh disebutkan, perintah pada dasarnya wajib dilaksanakan kecuali ada indikator yang mengubah dari makna lahir lafaznya. Dalam masalah ini yang ada hanyalah indikator yang menguatkan wajibnya memelihara jenggot dan larangan memotongnya.
Allah berfirman,”Barangsiapa durhaka kepada Allah dan RasulNya, maka sungguh untuknya neraka Jahannam. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.” (QS. Al-Jin: 23)
3.    Menyerupai Orang-Orang Kafir
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Selisihilah orang-orang musyrik,…
“Selisihilah orang-orang majusi,…
“Selisihilah ahli kitab,…
Nabi telah menyatakan bahwa mencukur jenggot merupakan kebiasaan orang-orang musyrik yang harus diselisihi kaum Muslimin dan tidak boleh diserupai.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa menyerupai suatu golongan maka ia termasuk golongan mereka” (HR. Abu Dawud)
“Tidak termasuk golongan kita orang yang melakukan kebiasaan orang kafir.” (Lihat shahih Al-Jami’ No.5439)
4.    Menyerupai wanita
Jenggot adalah alat pembeda antara laki-laki dan perempuan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Rasulullah melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki.” (HR. Bukhari)
5.    Menyelisihi Fitrah
“Maka tegakkanlah wajahmu kepada agama yang lurus ini, yaitu fitrah Allah yang Dia fitrahkan manusia kepadanya. Tidak ada penggantian apda ciptaan Allah.” (QS. Ar-Ruum: 30)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sepuluh hal termasuk fitrah: Mengguntuing kumis, memelihara jenggot,…” (HR. Muslim)
Fitrah di sini adalah sunnah. Fitrah adalah bentuk azali hamba-hamba Allah saat pertama kali diciptakan. Allah tabiatkan manusia melakukannya, cenderung kepadanya, menganggapnya sebagai sesuatu yang indah, dan meninggalkan hal yang bertolak belakang dengan fitrah tersebut.
Memelihara jenggot merupakan salah satu ciri fisik para nabi dan Rasul Allah. Khulafaur Rasyidin, sahabat, dan tabi’in, semuanya berjenggot lebat.
Dalam mencuku jenggot terdapat pemborosan, pembuangan waktu, dan tindakan durhaka secara terang-terangan.
Mencukur jenggot merupakan kedurhakaan secara terang-terangan.
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Setiap umatku dosanya akan dimaafkan kecuali orang yang berbuat dosa secara terang-terangan.” (HR. Bukhari)
Bersambung Insya Allah.. 






Read Post | komentar

Pilih Posisi


Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang  (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka jahannam. Ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.
Dan barangsiapa menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mu’min, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik
(QS. Al-Isra: 18 dan 19)
Read Post | komentar

Karena Allah atau Manusia?



Dari semua karya yang telah kita telurkan sampai hari ini, pantas kiranya kita bertanya pada nurani, apakah semua itu untuk Allah? atau untuk manusia?
Allah ‘azza wa jalla berfirman,
“dan tidaklah kami menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaKu” (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Dalam ayat lain Allah juga mengingatkan kita:
“dan mereka tidaklah diperintahkan melainkan agar mereka menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan padaNya.” (QS. Al-Bayyinah: 5)
Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Amirul Mukminin, Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
“Sesungguhnya amalan itu tergantung niatnya. Dan setiap manusia akan mendapat sesuai yang ia niatkan. Barang siapa yang hijrahnya untuk Allah dan RasulNya, maka hijrahnya itu untuk Allah dan RasulNya. Dan barangsiapa yang hijrahnya untuk dunia atau wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya itu untuk apa yang ia niatkan. (Muttafaqun ‘alaih)
Sehari-hari mengupdate status facebook, sungguh sangat menyuibukkan. Ia sangat senang ketika orang-orang memberi komentar. Atau setidaknya menyukai statusnya. Hampir semua komentar ia tanggapi. Ceritapun bergulir. Dan ia menghabiskan waktu satu atau mungkin dua jam di depan komputer. Menghabiskan pulsa internet atau handphone. Katanya untuk bersalam-sapa dengan teman-teman, dengan siapa saja, untuk menjalin silaturrahim meski tidak bertemu.
Ada juga yang begitu rajin mengupload tulisan di blog. Hampir setiap hari selalu saja ada tulisan baru. Entah bermanfaat bagi orang lain atau tidak. Ada yang menjadikan blognya sebagai ajang curhat. Menceritakan perasaan dan gagasan. Bahkan ada yang menceritakan kisah tragis hidupnya di blog. Sebagaimana facebook, ia sangat senang ketika banyak membaca tulisannya dan memberi komentar. Hampir pasti ia akan membalas semua komentar. Aduhai, sungguh sibuk orang seperti ini.
Lain lagi dengan beberapa mahasiswa, sibuk mengurusi BEM dan HMJ. Katanya untuk latihan berorganisasi dan memberi manfaat buat khalayak. Meskipun sesungguhnya program kerja mereka tidak ada yang benar-benar bermanfaat bagi banyak orang. Apalagi mahasiswa. Mereka hanya memprogramkan pengkaderan yang menyiksa mahasiswa baru. Juga sesekali seminar remeh-temeh. Tidak membahas persoalan umat yang sesungguhnya.
Namun kita patut berbangga sebab ada juga organisasi dakwah. Sehari-hari para pengurus mengorganisasi tarbiyah-tarbiyah, seminar-seminar, dan cara terbaru merekrut orang-orang untuk bertakwa kepada Allah. ta’lim-ta’lim di gelar, tarbiyah-tarbiyah bertebaran di sudut-sudut mesjid. Alhamdulillah, semakin banyak ummat yang senang dengan kegiatan keagamaan.
Mereka juga mahasiswa, sama dengan yang lain. Sama dengan orang-orang yang setiap hari meneteng ransel beasr berisi buku-buku tebal. Duduk di bangku-bangku kuliah, mendengarkan ceramah dosen, diskusi, lalu kembali ke rumah atau pondokan masing-masing. Di rumah-rumah, mereka menyelesaikan tugas yang menumpuk. Menahana kantuk dengan secangkir kopi dan bebeapa buah gorengan. Pagi harinya, mereka kembali menenteng ransel yang sama. Duduk di kelas menjalani kuliah-kuliah. Hingga hari terakhirnya di kampus, mereka orang yang sibuk.
Namun Alhamdulillah, di tengah hiruk-pikuk kampus, segelintir mahasiswa masih ada yang prihatin dengan kondisi umat ini. prihatin dengan orang-orang yang melalaikan shalatnya. Prihatin dengan orang-orang yang menganggap ringan dosa berdua-duaan dengan lawan jenis. Prihatin dengan jadwal kuliah yang biasanya bertabrakan dengan jadwal shalat. Prihatin dengan wanita-wanita yang tidak berjilbab. Atau wanita-wanita yang sekedar mengaku berjilbab. Merekalah para aktifis dakwah.
Sehari-hari mereka selalu lebih sibuk dadri yang lain. Semua mahasiswa tentu punya jadwal kuliah. Semua mahasiswa punya tugas, ada jadwal diskusi, ada diktat yang harus dibaca, ada teman-teman yang harus dipergauli. Mereka, para aktifis dakwah, kini punya kesibukan lain yang hampir menyita semua waktunya. Jika diperhatikan keseharian dan orientasi aktifitas mereka, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa mereka sesungguh para pendakwah yang kebetulan kuliah. Ya, kuliah hanyalah pekerjaan lain mereka. Di samping berdakwah.
Di sini, kita berhenti. Berhenti sejenak. Merenung. Berpikir. Apakah semua kesibukan itu sudah untuk Allah. benarkah pernyataan kita bahwa semua dakwah ini adalah untuk Allah? benarkah bahwa Anda mengupdate status facebook karena Allah? atau menulis di blog untuk Allah? bukankah itu semua agar Anda dikenal dan dikenang?
Di sini, kita berhenti, berhenti sejenak. Merenung. Berpikir. Apakah semuanya sudah untuk Allah?
Amalan baik yang memang baik dan tidak ditujukan pada Allah hanya akan berakhir sia-sia. Selain tidak menjadi pahala di sisi Allah, juga hanya melemahkan jasad dan memperbudak seseorang. Tak mudah mencari orang yang diperbudak facebook dan twitter. Tak susah juga menemukan orang yang diperbudak blog. Bahkan tidak cukup sulit menemukan orang-orang yang diperbudak slogan-slogan kesejahteraan masyarakat, pembelaan terhadap kaum tertindas, pembela orang-orang yang terzhalimi. Tidak susah menemukan mereka.
Sudahlah, sudah saatnya kiranya diri ini menunduk dalam-dalam. Melihat kembali niat itu. niat di dalam hati. Hati yang mudah terombang-ambing. Sungguh, jika hati ini tidak menundukkan jasadnya, menghamba kepada Allah semata, ia hanya kan menjadi budak lapuk bagi dunia yang remeh ini.[]
“Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat nanti sampai ditanya tentang empat perkara: umurnya untuk apa dia gunakan, ilmunya sejauh mana dia amalkan, hartanya darimana dia dapatkan dan untuk apa dibelanjakan, dan tubuhnya untuk apa dia gunakan.”
(HR. At-Tirmidzi)


Read Post | komentar

Bukan Karena Pasir


Suatu hari setelah kuliah, saya duduk dengan teman-teman di teras trotoar kampus. Kebiasaan ini saya lakukan agar kami lebih dekat sebagai peluang berdakwah kepada mereka. Tiba-tiba lewat di depan kami 2 orang muslimah berjilbab ‘yang benar jilbabnya’. Teman-teman tak ada reaksi. Aku pun bertanya pada salah seorang teman di sampingku, “Fulan, kamu mau istrimu nanti berjilbab yang benar?”
“Anu Yudi, e,e,.. menurutku itu budaya Arabji,” jawabnya ragu.
Aku menimpali “Budaya Arab?”
“Iyo to, itu budaya Arab ji. Kan di Arab itu padang  pasir jadi debu di mana-mana makanya perempuan-perempuannya berjilbab ‘besar’ dan bercadar”. Tampaknya ia cukup yakin dengan pernyataan ini.
Pernyataan tadi di dengar teman-teman yang lain sehingga rasanya aku perlu memperdengarkan jawabanku kepada mereka. Dengan suara cukup besar kukatakan, “Jika memang karena debu dan pasir, bukankah yang paling pantas berjilbab dan bercadar adalah lelaki?”
“Iya ya.”
Ia tersenyum, tersipu malu.
“Lelaki Arab kala itu adalah orang yang rajin jalan ke pasar dan berperang. Jadi mereka paling sering terkena debu atau pasir. Tetapi faktanya mereka tidak berjilbab. Islam juga tidak memerintahkan mereka berjilbab. Wanita yang lebih banyak tinggal di rumah justru disyariatkan berjilbab. Bukankah ini jelas bukan karena pasir atau budaya Arab?”
Ia hanya tersenyum malu dan mengangguk-angguk. Teman-teman yang lain hanya tersenyum tak dapat berkata-kata.
Kawan, Islam ini indah. Janganlah kita tidak mau menikmati keindahan itu dengan ego dan hawa nafsu kita. Allah telah menyiapkan hidangan berupa syariat mulia yang akan memuliakan diri kita, saudara-saudara perempuan kita, ibu-ibu kita, lalu mengapa kita harus mencari-cari alasan untuk menghindar dari kemuliaan ini? Sungguh, seorang anak kecil akan memilih permen paling cantik warna dan paling enak rasanya di antara banyak permen. Lalu mengapa orang dewasa yang berakal memilih wejangan buruk sebagai ganti hidangan yang lezat?
“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang-orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. 33: 59)
Read Post | komentar

Butuh Guru Ngaji



Mari berburu pahala. Di sini sangat memprihatinkan. Semangat anak-anak belajar mengaji sangat besar. mereka sangat antusias. Dibutuhkan guru mengaji yang rela meluangkan waktu antara Maghrib - Isya. Mengajari mereka membaca Al-Qur'an dan beberapa do'a anak-anak. Insya Allah semakin mempertebal pundi-pundi amal kita.. 
Read Post | komentar
 
© Copyright Formis Official Site 2011 - Some rights reserved | Powered by Blogger.com.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates and Theme4all