Featured Post 2

Marhaban. Selamat datang di forum anak-anak Selayar di perantauan. Forum Muslim Ilmiah Selayar (FORMIS)

KEMI: Cinta Kebebasan Yang Tersesat

Adalah novel Ustadz Dr. Adian Husaini. Terbitan pertama oleh Gema Insani Press pada bulan Syawal 1431. Berukuran 18,3 cm dengan tebal 316 halaman.
Novel ini berkisah tentang Rahmat. Seorang santri cerdas yang diutus Kyai-nya ke Institute Damai-Sentosa, tempat sahabatnya Kemi melanjutkan pendidikan. Ia membawa misi mengembalikan Kemi ke pesantren. mengembalikannya ke Islam. Mengajaknya bertaubat dari pemikiran liberal yang selama ini digelutinya.
Misinya ke Jakarta mempertemukannya dengan Siti. Anak Kyai terkenal yang juga kuliah di Damai-Sentosa. Seperti Kemi, ia juga terjangkit virus liberal.
Sejak pertama kuliah di Damai-Sentosa, Rahmat tak bergeming sedikitpun untuk pindah keyakinan. Ia tetap teguh dengan Islam. Ia tak latah pada dogma “semua agama sama.” Hal ini menarik perhatian Siti. Yang diam-diam ternyata menyadari kekeliruannya selama ini.
Siti bertaubat dari kesalahannya. Dosa menyebarkan paham pluralisme agama, liberalisme, dan multikultarlisme, membayangi dirinya. Ia menceritakan pengalaman pahit yang sesungguhnya tersembunyi oleh Kemi dan komplotannya.
Hingga suatu hari seorang Kyai terkenal berkunjung ke kampus Rahmat. Ia menggelar diskusi tentang pluralisme agama. Rahmat yang hadir saat itu tidak membiarkan dirinya diam. Ia lantang menyuarakan kebenaran. membantah sang Kyai. Ia bahkan nekat mengambil mikrofon dan tampil ke depan mengajak peserta diskusi kembali ke jalan yang benar. Sesaat kemudian sang Kyai meninggal dunia setelah sempat berpesan bahwa ia mengakui kesalahannya dan Rahmat-lah yang benar.
Kejadian ini membuat gempar Kemi dan komplotannya. Ini menjadi titik balik rencana jahat atas Kemi dan Siti. Siti ternyata ketahuan membocorkan rahasia komplotan Kemi kepada Rahmat. Siti akhrinya diracun namun berhasil sembuh. Adapun Kemi, karena dianggap paling bertanggung jawab, ia dihajar habis-habisan oleh algojo rekannya sendiri.
Rahmat akhirnya kembali ke pesantren. Kemi masih di rumah sakit. Tampaknya ia kehilangan memori. Tampak dari pintu kaca ia memegang sebuah mainan sambil sesekali tertawa dan menangis. Siti yang sempat ditolak oleh orang tuanya karena liberal, juga telah diterima kembali.
Membaca novel ini seakan-akan kita telah membaca semua buku yang membantah syubhat-syubhat liberalisme, pluralisme agama, dan multikulturalisme. Paham-paham yang dijajakan untuk menjajah dunia ketiga dengan mudah disingkap segala boroknya. Penulis juga menampilkan wajah sesungguhnya para aktifis liberal. Misalnya, sekalipun mengaku semua agama benar mereka bahkan tidak konsisten melaksanakan ibadah satu agama tertentu. Mereka netral agama. Penulis juga mengungkap fakta memalukan, bahwa orang-orang liberal, senantiasa menyewa algojo untuk menghabisi rekannya sendiri yang dianggap berkhianat. Lebih dari itu, motif politik dan ekonomi dari negara-negara maju ditelanjangi dalam novel ini.
Share on :

0 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright Formis Official Site 2011 - Some rights reserved | Powered by Blogger.com.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates and Theme4all