Featured Post 2

Marhaban. Selamat datang di forum anak-anak Selayar di perantauan. Forum Muslim Ilmiah Selayar (FORMIS)

Makassar Diguncang Kawin Kontrak


AHAD MALAM, 6 Jumadil Akhir 1433, di Mesjid Wihdatul Ummah jalan Abdullah Daeng Sirua Makassar, tidak seperti biasanya Ustadz Yusran mengisi ta’lim “malam ahad”. Kali ini tampil sebagai pembicara Ustadz Siad Shomad, ketua LPPI Makassar.[2] Beliau mengatakan bahwa beliau meminta Ustadz Yusran untuk digantikan karena ada bebarapa pesan penting yang akan beliau sampaikan.
Setelah memuji Allah dan Rasul-Nya, ustadz Said lalu menyampaikan pesan yang ternyata sangat memprihatinkan itu. Beliau menuturkan bahwa bebarapa siswa dari organisasi Islam setingkat SMA mendatangi beliau, melaporkan bahwa ternyata syiah sudah merambah sekolah menengah. Iming-iming mereka yang paling utama tentu saja nikah mut’ah. Jadi, remaja-remaji SMA di tawari nikah mut’ah.
Nikah mut’ah adalah kawin kontrak ala syiah. Tidak dibutuhkan wali dan saksi. Maharnya pun seadanya saja. Ustadz Said menceritakan bahwa di suatu waktu di salah satu kampus di kota Makassar, seorang mahasiswa mendatangi seorang mahasiswi lalu meminta pacaran. Dengan halus mahasiswi tersebut menolak pacaran karena katanya berdosa. Lebih baik nikah mut’ah. Sang lelaki yang tak tahu menahu tentang nikah mut’ah mendapat pencerahan setelah mahasiswi tersebut menjelaskan panjang lebar. Akhirnya, pucuk dicinta ulam pun tiba. Memang maksud hati sudah demikian. Jika gayung bersambut mengapa harus menolak. Sebuah cincin emas dan sebuah handphone menjadi saksi bisu transaksi haram mereka.
Di tempat lain Ustadz Said pernah menceritakan bahwa kepada beliau dibawakan skripsi yang mengungkap fakta nikah mut’ah di kota Makassar. Sebagai sampel seorang wanita mengaku telah nikah mut’ah dan mendapat dua anak. Ia tak sedikitpun menyesal. Sebaliknya ia sangat senang karena telah dapat menjalankan agama dengan baik. Jika ada yang menegurnya,”apakah tidak sebaiknya nikah normal saja”? ia akan menjawab, memangnya ini tidak normal?
Buletin Al-Fikrah Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab pernah memuat kisah dokter Hanung di Bandung yang merawat pasien penyakit kelamin. Penyakit kelamin yang tidak mungkin menular tanpa hubungan badan. Anehnya, dari dua pasien, keduanya berjilbab rapat. Jilbab hitam menutupi tubuh mereka. Bahkan pasien kedua tersebut bercadar.
Dokter Hanung telah mendiagnosa penyakit keduanya dan memutuskan bahwa penyakit ini tidak mungkin terjangkit kecuali dengan hubungan badan. Dokter tentu bingung. Wanita berjilbab seharusnya menjadi contoh adab dan budi pekerti luhur, bukannya menjadi agen penyakit kelamin.
Singkat cerita, wanita bercadar tersebut bercerita bahwa ia aktif mengikuti kajian di kampus. Kajian yang mengenalkannya pada ajaran syiah terutama nikah mut’ahnya. Tanpa sungkan dan ragu ia telah berganti laki-laki sesuasi mekanisme nikah mut’ah. Jika masa kontrak telah selesai, maka ia tinggal menunggu nikah mut’ah berikutnya. Kawin kontrak semacam ini baginya adalah hal biasa bahkan berpahala jika dilakukan. Menurut kepercayaan syiah, barangsiapa melakukannya satu kali pahalanya sama dengan Husain, dua kali sama dengan pahala Hasan, tiga kali sama dengan pahala Ali bin Abi Thalib, radiallahu’anhum. Wal iyadzu billah. Bahkan siapa yang tidak nikah mut’ah terancam kafir.
Di Iran, nikah mut’ah difasilitasi dengan kafe-kafe[3]. Di Indonesia, kafe-kafe tempat maksiat umumnya panti pijat. Orang-orang dipanti pijat plus-plus merasa sangat berdosa. Mereka umumnya orang-orang miskin dari kampung yang menjajakan diri. Dalam sebuah wawancara TV One, salah satu pelayan panti pijat mengaku bekerja di tempat itu (Bali) karena terlanjur meminjam uang dan tidak ada cara lain mendapat uang pembayar hutang selain bekerja di tempat itu. Namun Iran, wal iyadzubillah, perilaku hewan ini diakomodasi dalil-dalil agama dan dimainkan dengan tarif tertentu layaknya sewa play station. Semakin lama kontraknya semakin mahal. Semakin indah tempatnya semakin mahal pula tarifnya.
Mulai merebaknya praktek nikah mut’ah seiring menjalarnya ajaran syiah di kota Makassar dan sekitarnya patut menjadi perhatian kita. Seorang Muslim harus risau dan berpikir menyelesaikan persoalan ini. Jika tidak, setidaknya menanamkan kebencian yang dalam atas kerusakan ini. Ya, jika kita masih beriman.
Persoalan nikah mut’ah bukanlah persoalan sederhana. Ini bukan sekedar aliran sesat. Bukan juga sekedar perbedaan madzhab sebagaimana klaim orang-orang syiah. Bukan juga sekedar keyakinan yang orang lain bebas berkeyakinan lain. Tapi ini adalah soal kerusakan di depan mata kita yang jika tidak secepatnya dicegah dan dihentikan, ibarat bola salju, semakin lama semakin besar dan siap menimbun kita semua. Cukuplah kekacauan di Lebanon, Yaman, Irak, dan Bahrain menjadi contoh betapa berbahayanya syiah ini. Bahkan saat musim haji tahun lalu orang-orang syiah di Saudi masih sempat membuat makar. Beruntung Allah masih menolong hamba-hambaNya dan menjaga negeri kaum Muslimin, negeri dua tanah suci. Berkat kesigapan pasukan keselamatan Kerajaan Saudi, api pemberontak itu berhasil dipadamkan. Dan kaum muslimin dapat beribadah dengan tenang.
Syiah di Indonesia telah berkembang pesat beberapa tahun terakhir. Hal ini sangat mudah diketahui dengan banyaknya organisasi syiah baik berupa yayasan dan lembaga penerbitan. Mereka juga melakukan manuver di bidang politik. Mengajak tokoh-tokoh besar melakukan kunjungan di pusat syiah dunia, Iran, mencuci otak mereka, lalu pulang dan menulis nyeleneh di media massa.
Diantara orang-orang tersebut adalah kakak beradik Umar Shihab dan Quraisy Shihab. Kedua tokoh ini, jika ditanya apakah syiah sesat atau tidak, bukannya membela kaum Muslimin malah mengikut taqiyah[4] orang-orang Iran.
Selain itu, juga ada tokoh yang cukup terkenal di kalangan Syiah, Prof.DR. Jalaluddin Rakhmat. Ketua Majelis Syuro IJABI.[5] Perlu diketahui, gelar “Profesor” orang ini palsu. Begitupun gelar “doktor”nya. LPPI Makassar telah mengirim surat ke Rektor Unviersitas Padjajaran untuk mengklarifikasi gelar Prof dan DR nya. Dua bulan kemudian baru dibalas dan ternyata tidak cukup mencengangkan karena ulah orang-orang syiah memang dari asalnya berbohong dan tidak dapat diterima persaksiannya. Ya, Universitas Padjajaran menyatakan tidak pernah memberi gelar guru besar (Prof) pada orang ini. gelar “DR”nya pun, kata rektor dalam surat resminya, Universitas belum pernah menerima ijazahnya. Konon kabarnya Jalaluddin Rakhmat menyelesaikan pendidikan S3 di Australia. Keluarnya surat tersebut membongkar topeng palsu sang penyebar paham sesat ini.[6]
Di kampus kami, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin, tempat belajar syiah tersebar dimana-mana. Malangnya, sangat sulit dideteksi. Agen-agen syiah dari kalangan mahasiswa ibarat kelelawar. Mereka selalu bersembunyi. Dan hanya keluar ketika malam. Di depan kita sopannya minta ampun. Seorang senior kami angkatan 2007 bahkan tak malu-malu mencium tangan saya saat berjabat tangan di depan umum. Saya sebagai mahasiswa baru mungkin diharapnya mengagumi tingkah ‘sopan’nya itu. Namun cukuplah mengetahui ia menganut syiah dan aktif menyebarkannya, menjadi tameng bagi kami untuk berhati-hati terhadap orang seperti ini.
Berita dari Ustad Said Shomad sangat mungkin benar-benar terjadi. Di kampus kami, yang paling mudah dirasuki paham sesat ini adalah para wanita. Orang-orang kampung yang tak paham agama, datang ke kota lalu menjumpai senior-senior mereka yang konon katanya pintar retorika. Mereka kagum karena orang-orang di depan itu begitu perkasa. Berkata ini dan itu secara ilmiah. Rujukan bukunya banyak. jika ditanya mereka selalu bisa menjawab. Tak pelak hati tertarik, tertarik pula dengan ajarannya. Dan nikah mut’ah pun tinggal menunggu waktu.
Mesjid Al-Mubaraqah, 16 Jumadil Akhir 1433





[1] Tulisan singkat ini hanyalah perkenalan. Referensi lebih lengkap tentang syiah bisa didapatkan di LPPI Makassar. Kami tidak menganjurkan kepada siapapun untuk mempelajari syiah seorang diri. Tanpa bimbingan Ustadz sebagai orang yang ahli di bidangnya. Hampir semua teman kami yang awam lalu belajar syiah, berniat sekedar mengetahui dan membandingkan dengan Islam, justru terjatuh ke syiah.
[2] Lembaga Pengkajian dan Penelitian Islam
[3] Rujuk ke syiahindonesia.com
[4] Pura-pura. Menampakkan keyakinan yang sama dengan kaum Muslimin ketika terjepit, dan menampilkan aqidah asli mereka ketika lapang. Jika berada di dekat orang-orang Islam, mereka berkata,”Kami sama saja dengan kalian.” Tetapi di majelis-majelis taklim mereka tak henti-hentinya menghujat para sahabat terutama khulafaur Rasyidin dan ‘Aisyah radiaAllahu ‘anhum. Bukti otentik untuk hal ini sangat di internet.
[5] Ikatan Jamaah Ahlul Bait. “Ahlul Bait” keluarga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi alat propaganda utama mereka. Dengan istilah ini mereka membenci kita karena katanya kita membenci keluarga Nabi. Bersamaan dengan ini mereka minta dipuja dan dipuji lalu orang-orang bergabung dengan mereka lantara dianggap palinng mencintai keluarga nabi.
[6] lppimakassar.blogspot.com
Share on :

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Klu km serius mau jual perawan/jd simpanan km tlp aja ke bossku 082346668888 wajib di makassar

Posting Komentar

 
© Copyright Formis Official Site 2011 - Some rights reserved | Powered by Blogger.com.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates and Theme4all