Malam hari, 16 Jumadil Akhir 1433, di mesjid kampus Unhas, senior kami menceritakan kisah taubatnya seorang kaya raya.
Suatu malam ia tak dapat tidur. Sejak isya sampai subuh ia tak dapat terlelap. Resah dan gelisah menjangkiti hatinya. Padahal ia tinggal di hotel dengan kasur empuk dan fasilitas serba nyaman. Tapi itu semua tak dapat berdamai dengan matanya yang seharusnya terkatup.
Subuh sudah menjelang dan adzan pun berkumandang. Dari sekian banyak adzan yang ia lalaikan, subuh kali ini semoga saja menjadi berkah baginya. Hatinya tergerak. Kaki melangkah ke mesjid dekat hotel itu dan subhanallah. Takbir pertama dan lantunan imam membuat hatinya miris. Ia menangis. Menitikkan air mata. Sudah sekian lama.
Kepada Ustadz Armen Halim Naro rahimahullah ia mengadu. Ia berkata,”Seandainya rahmat itu bisa dibeli maka aku akan membelinya meski harganya 100 juta.”
Subhanallah. Betapa besar nikmat Alla bagi siapa saja yang senantiasa istiqamah dengan majelis-majelis ilmu. Majelis penyejuk hati. Di dalamnya Al-Qur’an dikaji. Mengurai hikmah dari sang Ustadz. Menerangi hati yang gelap gulita. Perlahan tapi pasti Allah menurunkan ketenangan itu ke dalam hati-hati orang beriman. Semoga Allah senantiasa membimbing kita untuk tetap dekat dengan majelis-majelis ilmu.
Dan di kampus ini Alhamdulillah, selain kami belajar sesuai jurusan masing-masing, kami juga belajar agama. Belajar sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan kami merasa orang paling bahagia di dunia. Cukuplah Al-Qur’an dan sunnah pedoman hidup kami. kami berdo’a kepada Allah agar hidayah ini tetap melekat hingga tubuh meregang nyara.
Sungguh Allah telah berfirman, “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang”
Mesjid kampus Unhas, 17 Jumadil Akhir 1433
0 komentar:
Posting Komentar