Sampai larut malam seperti ini, 10.18, di telingaku masih terngiang-ngiang 2 peringatan penting nan menggetarkan jiwa. Pertama, khatiib Jum’at tadi dalam ujung khotbahnya berseru,”amalan terbaik apakah yang akan kita persembahkan kepada Allah kelak?” kira-kira seperti itu. kedua, pernyataan kebanyakan Bani Israel ketika diajak Nabi Musa ‘alaihi salam memasuki kota Yerussalem, “idzhab anta wa rabbuka faqaatila, inna haahuna qaa ‘idun”. (Hai Musa, pergilah engkau bersama Rabb-mu, dan berperanglah kamu berdua. Sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja.)
Sudahkah diri ini punya amalan terbaik? Apa yang bisa diandalkan di depan Pencipta semesta alam kelak?
Rasanya diri ini juga masih sangat malas ikut berjuang bersama saudara-saudara seiman. ketika mereka berpeluh-kesah, merelakan rupiah mereka mengucur deras demi terselenggaranya kegiatan-kegiatan Islam, atau para senior kami yang menunda selesai kuliah, sungguh diri ini malu dan terasa hina. Sungguh belumlah sumbangan diri dan harta selama ini bernilai meski sedikit dibanding pengorbanan mereka.
“Ya Musa, pergilah engkau bersama Tuhanmu dan berperanglah kamu berdua. Sesungguhnya kami hanya duduk menunggu di sini saja”
0 komentar:
Posting Komentar