Featured Post 2

Marhaban. Selamat datang di forum anak-anak Selayar di perantauan. Forum Muslim Ilmiah Selayar (FORMIS)

Dari Mesjid Al-Mubaraqah Untuk Dunia

Jum’at, 26 Jumadil akhir 1433 khatiib menyampaikan khutbah yang patut menjadi perhatian bagi siapa saja yang ingin memperbaiki umat dan dunia ini.

Khatiib mengajak segenap jamaah untuk memperbaiki ketakwaan. Sebab takwa kepada Allah dapat mendatangkan rahmatnya. Beliau menyisipkan firman Allah azza wa jalla surah Al-A’raf ayat 96:
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatan mereka itu.”

***
Di kampus kami, ada beberapa macam gerakan mahasiswa yang menamakan dirinya gerakan Islam. Mereka berjuang demi mengangkat kemiskinan dari kaum Muslimin. Mengangkat kebodohan dari mereka. Menghilangkan segala bentuk ketertindasan kaum Muslimin dari kaum penindas. Serta mengeluarkan mereka dari makar orang-orang yang senang berbuat makar terhadap kaum Muslimin baik dari kalangan Yahudi dan Nashrani.
Mereka adalah orang-orang yang keluar di jalan-jalan menyerukan tegaknya pemerintahan Islam. Pemerintahan dalam kilafah islamiyah yang dipimpin seorang khalifah. Pemerintahan yang akan mengayomi rakyatnya dengan pengayoman sebagai mana dilakukan Rasulullah shalallallahu ‘alaihi wa sallam. Hingga katanya, jika khilafah Islamiyah tegak, tidak akan ada lagi pembantaian saudara-saudara kita di iraq, afghanistan, Lebanon dan Palestina, serta wilayah kaum Muslimin lainnya. Tidak akan ada lagi kemiskinan dan kebodohan. Dengan adanya pemerintahan Islam dalam bingkai Manhaj Nabawi, maka semua lini kehidupan akan aman sentosa. Tidak ada lagi gangguan dari orang-orang yang senang berbuat makar terhadap islam dan kaum Muslimin. Kalaupun ada, maka pemerintah dapat langsung menyelesaikan. Berbeda dengan sekarang dimana kaum Muslimin senantiasa menjadi bulan-bulanan media. Alienasi Islam tidak terelakkan karena pemerintahan Islam yang seharusnya dapat mencegahnya belum tegak.
Karena itu, tegaknya pemerintahan Islam dalam khilafah Islamiyah adalah suatu keharusan.
Sehari-hari, hampir setiap diskusi yang mereka gelar senantiasa mengungkap keburukan sistem sekarang. Bahaw kapitalisme hanyalah alat kaum pemodal untuk menguasai dunia. Semua sudah terbukti kehancuran dan kebobrokannya. Sosialisme juga sudah runtuh lebih awal. Karena itu tidak ada pilihan bagi umat manusia selain memilih ideologi Islam.
Kesadaran seperti ini, kata mereka, penting ada dalam benak setiap pemuda. Agar khilafah islamiyah dapat tegak kembali. Karena itu, setiap pengkaderan mereka senantiasa mendengungkan sistem sekarang, mulai dari tata pemerintahan sampai orang-orang yang terlibat di dalamnya. Mereka mengkritik pemilu, praktek pendidikan di kampus yang hanya mengutamakan pencapaian akademik, dan lain-lain. Hampir tidak ada yang lolos dari kritik mereka. Bahkan pengurus mesjid tak jarang menjadi sasaran kritik. Bagi mereka, pengurus mesjid ini hanya mengajak pada aqidah saja. Mereka hanya mampu mengajar Al-Qur’an dan seminar-seminar tentang aliran sesat atau bank konvensional. Pengurus mesjid ini katanya tidak mengajak umat menegakkan khilafah Islamiyah. Padahal, menurut mereka, jika ingin memperbaiki umat ini, selain aqidah, juga perlu mengakkan pemerintahan Islam.
Ideal. Ideal sekali. Tepat, dengan tegaknya khilafah Islamiyah maka sesuatu yang sebelumnya sulit insya Allah akan lebih mudah. Ketika saudara-saudara kita di Iraq dibantai kaum kuffar, tidak ada pasukan utusan dari negara manapun untuk memerangi musuh itu. Jikalau khilafah Islamiyah sudah tegak, maka khalifah dapat mengirim pasukan untuk menolong saudara-saudara kita di sana. Begitupun jika terjadi kekurangan pangan dan yang lainnya. Khilafah Islamiyah memungkinkan kaum Muslimin tersambung secara aqidah dan urusan keduniaan.
Namun sesungguhnya yang manakah lebih penting, dakwah kepada tauhid atau dakwah khilafah?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah memerintahkan umatnya menegakkan khilafah. Khilafah itu ada sebagai ‘hadiah’ dari Allah ‘azza wa jalla. bukan sebagai tujuan dakwah. Kita berdakwah agar orang-orang bertakwa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepadanya. Dari satu orang, lalu menjadi dua orang , tiga orang, dan seterusnya hingga semakin banyak orang bertakwa. Insya Allah jika tiba saatnya nanti, Allah akan memberikan hadiah khilafah itu, sebagaimana Allah telah memberinya pada para pendahulu kita.
Khilafah Islamiyah bahkan tidak menjamin kehidupan dunia dan akhirat yang baik. Pada zaman kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiq, terjadi fitnah besar. Sekelompok orang tidak mau membayar zakat. Mereka yakin zakat hanya wajib ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hidup. sepeninggal beliau zakat sudah tidak wajib lagi. Begitulah keyakinan mereka. Karena itu, khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq memerangi mereka.
Pada zaman Umar bin Khattab, meski banyak penaklukan-penaklukan, terbukti khilafah bahkan tidak dapat menjaga keamanan sang khalifah. Di suatu shubuh, ketika mengimami shalat, Abu Lu’lu’ah menikam beliau dari belakang.
Begitupun khalifah Utsman bin affan Radiyallahu ‘anhu. Beliau mati terbunuh oleh rakyatnya sendiri. Lalu pada zaman kekhalifahan Ali bin Abi Thalib, fitnah itu semakin besar. Hingga berujung pada terbunuhnya Ali bin Abi Thalib radiyallahu ‘anhu. Pada masa kekhalifahannya, situasi masyarakat yang sudah panas ternyata tidak dapat diredam dengan baik.
Pelajaran dari para khalifah, secara sederhana, kita melihat bahwa zaman yang paling dekat dengan rasulullah pun, khilafah tidak dapat menjamin masyarakat yang aman sentosa. Meskipun sang khalifah adalah sahabat-sahabat terbaik Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Bukan kita meragukan kualitas individu khalifah. Namun penting dicatat bahwa pemerintah yang baik saja tidak cukup. Perlu perbaikan mulai dari bawah. Mulai dari masyarakat sebagai subjek kebaikan itu sendiri.
Kita tidak dapat mengharapkan tegaknya kahlifah jika kaum Muslimin masih tidak dapat melaksankan shalat dengan baik. Jika masih diantara mereka yang mengetik sms ramal nasib di tv-tv. Kita juga tidak dapat berharap banyak dari kaum Muslimin jika mereka membangun kuburan lebih dari satu jengkal. Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada Ali bin Abi Thalib radiyallah ‘anhu, “Tidaklah engkau melihat kuburan yang dibangun lebih dari satu jengkal, melainkan engkau meruntuhkannya”.
Banyaknya pelanggaran kaum Muslimin atas syariat Islam merupakan faktor utama kelemahan umat ini. jika kita memahami sejarah dengan baik, kita tahu, kekuatan utama para sahabat adalah karena mereka berilmu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ada di tengah-tengah mereka. Setiap hari mereka mendapat pelajaran. Dengan hikmah keIslaman mereka, mereka dapat bertahan di tengah gelombang ujian. Itulah para sahabat yang berilmu.
Ilmu mereka melingkupi segala hal dalam Islam ini. mereka memili aqidah yang baik. Ibadah mereka kuat. Akhlak mereka mulia. jika bertutur mereka lemah-lembut. Jika berperang mereka gagah perkasa. Sementara hari ini, sangat jarang kita menjumpai seorang pribadi muslim yang tersenyum riang dengan wajah terindah ketika bertemu saudara seiman. mereka bahkan tidak mengamalkan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dapat memperkuat barisan kaum Muslimin. Rasulullah shalallallahu ‘alahi wa sallam meminta kita menyebarkan salam kepada orang yang kita kenal dan kepada orang yang tidak kita kenal. faktanya, di kampus yang sangat luas ini, dimana kaum Muslimin adalah mayoritas, hampir tidak pernah kita disalami orang yang kita kenal. apalagi yang kita kenal. kecuali di sudut tertentu yang memang sudah terkenal nuansa Islamnya. Seperti di Mesjid kampus. Dan mushalla-mushalla fakultas.
Ketika shalat, masih banyak pemuda-pemuda Islam yang tidak paham tata cara berniat. Niat yang sama sekali tidak dianjurkan melafadzkannya, justru diamalkan kebanyakan mahasiswa. Ketika berdiri shalat pun bahkan mereka jarang menghadap sutrah. Kecuali kalau kebetulan di di depannya ada sutrah.
Amalan tambahan (bid’ah) pun tak jarang kita dapati. Diantara saudara-saudara kita, entah yakin atau tidak yakin, membalikkan telapak tangan ke kanan dan ke kiri bersamaan dengan salam ke kanan dan ke kiri. Katanya, membuka telapak tangan ke kanan pertanda membuka surga. Dan membuka telapak tangan kiri pertanda menutup pintu nereka. Padahal tambahan semacam ini tidak pernah dicontohkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tidak juga para sahabat beliau. ia tak lain adalah bid’ah. Dan bid’ah lebih besar dosanya dari kemaksiatan pada umumnya. Seperti berzina dan mencuri.
Dalam berpakain, mahasiswa-mahasiswi pun masih banyak yang tidak syar’i. para pemuda menggunakan celana jeans atau kain yang melibihi mata kaki mereka. Mungkin mereka tidak tahu betapa tercelanya isbal dalam Islam. Tidak cukup sampai di sini, tak jarang mereka berolok-olok terhadap ikhwa yang tidak isbal. Misalnya dengan istilah ‘kebanjiran’ atau ‘ehh, kau pakai celana adikmu ya’. Begitu pun wanita-wanitanya. Saudari-saudari mereka setiap hari ada di kampus mengenakan jilbab hitam tertutup rapat, bahkan tak jarang diantara mereka ada yang bercadar, namun entah mengapa mereka tidak tergerak untuk mencontoh cara berpakaian syar’I seperti itu.
Sebagian malah dengan bangga menggunakan penutup kepala yang mereka sebut jilbab gaul. Diantara saudara-saudara kami mahasiswi juga ada yang telah merasa berjilbab rapat dengan mengenakan kudung sebatas perut, baju kaos, dan rok. Biasanya dikombinasikan berbagai warna. Tak pelak, bukannya menjadi jilbab yang seharusnya melindungi wanita, pakaian yang dianggap islami ini justru membuatnya tampak makin cantik di mata teman-teman mahasiswa.
Syaikh Al-Albani rahimahullah telah menulis buku yang merangkum hadist-hadist Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam tentang jilbab wanita muslimah. Diantaranya, kain harus menutup tubuh, bukan membungkus. Warnanya harus gelap dan tidak transparan. Dan bebarapa syarat lain. Selama di kampus, jilbab syar’I ini hanya dipakai segelintir mahasiswi. Sisanya adalah wanita-wanita yang bangga memamerkan rambut dan lehernya jenjangnya dan saudara-saudara kami mahasiswa yang sudah merasa cukup dengan jilbab bermotif.
Atas semua hal yang tidak syar’I ini, sungguh sulit membayangkan khilafah Islamiyah dapat terbentuk. Kita ingat, ketika UU anti pornografi dan porno aksi dibuat, yang paling banyak menentang justru orang Islam. Waktu pemilihan gubernur yang lalu, terlepas dari segala faktor politik, Pak Aziz Kahhar Muzakkar yang terkenal dengan keislamannya yang kental, justru terdepak ke urutan ketiga. Kalah dari Pak Syahrul dan Pak Amin Syam yang tidak terkenal dengan suasana keIslaman. Padahal Sulawesi Selatan, jika dihitung dari Tana Toraja di utara hingga Pulau Selayar di Selatan, masih jauh lebih banyak penduduk berKTP Islam.
Semua ini setidaknya menunjukkan bahwa kaum Muslimin sesungguhnya tidak mau menegakkan pemerintahan Islam. Bahkan mereka tidak menunjukkan kerinduannya pada tegaknya kalimat tauhid. Atas kondisi ini, maka dakwah yang harus kita utamakan sebelum menyerukan tegaknya khilafah Islamiyah adalah dakwah tauhid.
Tauhid adalah bejana yang membuat manusia tunduk pada segala peraturan Allah. kecintaan pada Allah harus ditumbuhkan dalam dada setiap pemuda. Kebencian terhadap segala sesuatu yang dibenci Allah harus senantiasa dikobarkan. Lalu dengan ilmu syar’I, kecintaan dan kebencian diarahkan dengan bijak. Dengan mempersiapkan manusia yang bertakwa insya Allah, kejayaan Islam kita songsong kembali.
Seorang syaikh pernah berkata, “Jika cara kita membaca Al-Qur’an sudah sama dengan cara para sahabat membaca Al-Qur’an, maka kejayaan Islam tidak akan lama lagi.” Melalui program SAINS di Unhas sejak tahun 2007, jangankan membaca Al-Qur’an seperti para sahabat, menyambung kata per kata saja masih sangat sulit. Dan diajak belajarpun masih lebih sulit. Maka kami sangat heran kepada saudara kami yang hendak menegakkan khilafah Islamiyah namun melalaikan kewajiban mereka membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.
Khilafah adalah rahmat Allah. khilafah adalah hadiah. Hadiah dari sang Khalik atas ketakwaan hamba-hambaNya.
Mesjid Al-Mubaraqah, 26 Jumadil Akhir 1433
Share on :

0 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright Formis Official Site 2011 - Some rights reserved | Powered by Blogger.com.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates and Theme4all