Featured Post 2

Marhaban. Selamat datang di forum anak-anak Selayar di perantauan. Forum Muslim Ilmiah Selayar (FORMIS)

Formis Selayang Pandang

Emotinal Syria

Dengan Atau Tanpa Kamu

Allah benar-benar menampakkan pertolonganNya pada Diin ini. Ketika Allah memberhentikannya saat itu pula Allah melantik penggantinya. Itulah yang terjadi di mesjid kami, mesjid Al-Mubarakah, dalam semarak buka puasa tahun ini.
Adalah seorang Kakek tua, yang sejak bertahun-tahun lalu melayani buka puasa berjamaah di mesjid ini. Menjelang berbuka, ia telah menyiapkan perabot-perabot buka puasa. Ia telah mencuci piring dan gelas-gelas. Setiap hari ia sibuk melayani kue-kue yang datang silih berganti. Menyajikannya dan mempersilahkan jamaah menyantap, berbuka bersama. Setelah shalat Maghrib, sang Kakek dengan cukup tangkas membersihkan kue-kue yang masih tersisa.
Kini sang kakek telah renta. Ia sudah tidak rutin shalat berjamaah. Sesuai anjuran dokter, ia tidak boleh terlalu banyak berdiri. Beberapa kali ia sempat hampir terjatuh di Mesjid. Untung ada jamaah yang memapah beliau. Karena kondisi fisik yang tidak memungkinkan menjadi pelayan buka puasa seperti tahun lalu, tugasnya diambil alih oleh cucu-cucunya.
Cucu-cucu ini masih SD. Sebagaimana kakeknya, sebelum waktu berbuka mereka telah membersihkan semua peralatan buka puasa. Mereka juga sibuk menerima kue-kue dari masyarakat di sekitar mesjid. Mereka menyajikan santapan buka dengan rapi. Setelah shalat maghrib, mereka pula yang membersihkan sisa buka puasa. Meski tak setiap hari. Ternyata Allah selalu memiliki hamba-hamba yang siap menegakkan syi’ar-syi’ar Islam.
Jika Allah menyediakan hamba-hambaNya yang senantiasa menghidupkan syi’ar buka berjamaah, tentu syi’ar yang lebih besar Allah telah menyiapkan pengganti pula. Allah tidak akan membiarkan Islam ini terkatung-katung. Akan tetap ada segolongan orang yang senantiasa mengusungnya. Menegakkan hujjahnya. Meninggikannya atas semua pandangan jahiliyah.
Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.”
Orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya perlu tahu, Allah yang Maha membolak-balikkan hati akan selalu menyiapkan hamba-hambaNya untuk membela apa-apa yang tidak mereka sukai. Orang-orang yang ingin menyingkirkan Islam dari muka bumi perlu tahu, Pencipta langit dan bumi tidak pernah luput dari perbuatan mereka. Dan orang beriman harus tahu, jika mereka lelah dan berputus asa, lalu mundur dan meninggalkan jalan perjuangan ini, Allah akan menggantikan mereka dengan: “…suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya…”. Kaum yang tidak akan mengkhianati amanah dakwah yang dibebankan kepada mereka.
Sebagai Muslim, kita yakin, Islam akan tegak dengan atau tanpa kita. Dan orang-orang beriman tidak akan rela dirinya digantikan kaum lain. Digantikan setelah sebelumnya dipecat dari jalan perjuangan!
Makassar, 3 Ramadhan 1433


Read Post | komentar

Berdakwah Lewat Tulisan: Proposal untuk Para Aktifis Dakwah

Tulisan merupakan salah satu media dakwah. Tentang keutamaannya, Drs. Syukriadi Sambas, M. Si, dekan Fakultas Dakwah IAIN SGD Bandung, dalam pengantar buku Berdakwah Lewat Tulisan karangan Eep Kusnawan mengatakan, “Paling tidak, ia (tulisan) hadir untuk menjawab permasalahan: dapatkah dakwah disampaikan secara secara serempak dalam waktu relatif bersamaan? Selain itu, bagaimana pula agar pesan dakwah tidak mudah lekang dan dapat dikaji ulang? Bagaimana pula agar mad’u yang tidak sempat mengikuti pengajian karena sibuk, tetap dapat menerima pesan-pesan dakwah? Disamping, bagaimana pula memberikan nuansa kesejukan pada informasi yang disampaikan berbagai medai cetak yang jumlahnya semakin bertambah? Persoalan itu akan terjawab oleh kajian dakwah melalui tulisan di media massa.” Ia melanjutkan, diantara keutamaan media tulisan antara lain, dapat menyebar dalam waktu yang bersamaan, dapat diarsipkan, dan dapat menembus sementara pihak yang tidak cukup waktu untuk menghadiri pengajian.[1]
Read Post | komentar

Sebuah Seruan: Berhujjah dengan Pena Sunnah

Tanggal dua puluh dua bulan Sya’ban seribu empat ratus tiga puluh tiga. Atau tanggal sebelas Juli bagi yang menggunakan tanggal miladiyah
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuhu,
Segala puji bagi Allah ta’ala yang telah menciptakan hambaNya dengan sebaik-baik bentuk. Memberinya potensi dan bakat yang kelak berguna bagi Islam dan kaum Muslimin. Demi mengharumkan Islam yang memang semerbak. M...enyibak noktah hitam yang melingkupi umat. Menghempas segala bendungan kejahilan di depan mata orang-orang awam.
Salam dan salawat ke Nabi dan Rasul Allah, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kepada keluarga beliau, sahabat-sahabat beliau, dan kepada siapa saja yang senantiasa istiqamah di atas sunnah hingga akhir dunia ini.
Saudara Muslim dan Muslimah yang dimuliakan Allah dengan Islam. Semoga antum senantiasa dalam lindungan Allah ta’ala. Besar harapan kami semoga antum berkenan membaca surat ini hingga titik terakhir.
Beberapa pekan terakhir kami sangat resah. Dan tampaknya juga demikian bagi saudara-saudaramu pejuang lainnya. Gempuran fitnah datang dari berbagai arah. Ia laksana angin. Menghimpit dari kiri dan kanan, mendorong dari belakang dan bawah, menimpa dari atas, dan menerjang dari depan. Segala sisi, Islam dan kaum Muslimin diuji.
Orang-orang liberal berani unjuk gigi. Mereka mengiklankan kesesatan “pluralisme agama” dimana-mana. Seminar-seminar diselenggarakan, diskusi-diskusi digelar, dan buku-buku diterbitkan. Semua untuk menyebarkan paham pluralisme agama. Malangnya, ide-ide ini berkembang pesat di kampus-kampus. Yang notabene dihuni umat Islam. Dan tampaknya, sasaran utama liberalisasi ini memang umat Islam.
Bulan Ramadhan lalu sebuah forum demokrasi di kampus mengadakan diskusi. Tampil sebagai pembicara Prof. Qasim Mathar dan Pak Aswar Hasan. Kami tak banyak mempersoalkan pak Aswar, sebab dalam pengetahuan kami, beliau anggota Dewan Dakwah Islamiyah. Belum pernah kami dengar argumennya yang nyeleneh dan merendahkan Islam. Berbeda dengan Pak Aswar, Qasim Mathar mulai dari penampilan dan gelagat sama sekali tak mencerminkan kebaikan bagi manusia, khususnya kaum Muslimin.
Dalam pengantarnya, ia mengatakan semua pendapat harus diterima. Dipandang sama rata. Bahwa semua benar. Tidak ada yang salah. Tidak boleh seorang Muslim menuduh pendapat yang berseberangan dengan pendapatnya salah. Sebab katanya semua orang berhak berbicara. Lagi pula, tegasnya, kebenaran sesuatu kebanyakan tidak dinilai dari hakikat benar itu sendiri. Dengan kata lain, boleh jadi sesuatu dianggap benar padahal sesungguhnya keliru. Semua, katanya, tergantung siapa yang berkuasa saat itu.
Di Iran, lanjutnya, yang dianggap benar adalah aqidah Syiah Itsna ‘asyariyah. Sebab yang berkuasa adalah rezim syiah. Di Indonesia, yang dianggap benar adalah paham ahlussunnah wal jamaah. Sebab yang berkuasa adalah MUI dan pemerintah yang berpaham ahlus sunnah. jadi menurutnya, kebenaran itu tergantung pada siapa yang berkuasa. Sehingga jika ada kelompok tertentu yang mengklaim dirinya benar sedang yang lain salah, maka tuduhan itu mungkin bisa saja ia lontarkan, tetapi apakah ia benar-benar salah atau tidak, tergantung pada persepsi masing-masing. Yang penting, katanya, tidak boleh ada saling menyalahkan dan menyudutkan satu sama lain.
Pandangan Qasim Mathar sangat bertentangan dengan ungkapannya dalam banyak tulisannya sendiri. Suatu ketika, sebelum mengenal sosok liberal ini, kami membaca tulisannya di kolom koran harian Fajar. Mohon maaf kami lupa hari dan tanggalnya. Dalam tulisan singkat itu ia menegaskan, umat Islam di Indonesia belum mampu toleran. Masih banyak diantara umat Islam yang terlalu banyak menyalahkan yang lain. Kelompok yang berseberangan dengannya. Padahal, tanpa ia sadari, ia telah ‘menyalahkan’ kelompok yang bersebarangan dengannya. Ini paradoks. Pada saat ia mengatakan tidak boleh ‘menyalahkan’, saat itu pula ia sedang menyalahkan. Menyalahkan umat islam yang konsisten dengan agamanya. Menolak semua ajaran menyimpang yang mengaku Islam.
Merebaknya ide liberalisme seperti ini dimanfaatkan dengan baik orang-orang Syiah. Syiah yang berdiri di atas landasan aqidah yang rapuh melihat momentum ini sebagai lompatan besar dalam penyebaran keyakinannya. Orang-orang yang telah terjangkiti virus liberalisme, akan menerima semua ajaran. Kecuali Islam yang benar. Itulah sebabnya, kita melihat orang-orang yang paling getol mempertahankan Jalaluddin Rakhmat bercokol di UIN diantaranya ialahQasim Mathar.
Sebelum menyebarkan paham syiah yang sesungguhnya, kami melihat para aktivis mereka terlebih dahulu membuka kran pikiran anak-anak muda dengan liberalisme. Orang-orang yang tahap awal mengikuti diskusi dan membenarkan ide mereka akan berkata,”Kami membenarkan Al-Qur’an. Dan ia adalah kitab suci. Tetapi kita juga tidak boleh menolak konsep Aristoteles.” Mungkin ia lupa, Imam Asy-Syafii telah mengingatkan, “Orang–orang menjadi bodoh, buta agama, dan sering berselisih paham, karena mereka meninggalkan bahasa Arab dan lebih mengutamakan konsep Aristoteles.” Ia juga sangat awam akan pertentangan pendapat dikalangan filsuf sendiri. Bahkan satu pendapat dengan pendapat lain pada satu orang filsuf tak jarang bertabrakan.
Suatu malam, teman kita dari jurusan # berkunjung ke kamar kami. Kami tak menduga kalau kepalanya sudah dicekoki pemikiran liberal dan syiah sekaligus. Tapi belum parah. Ketika menyebutkan keburukan syiah, ia menimpali,”Kalau saya pelajari keduanya. Kan kita tidak tahu apakah benar atau salah sebelum mempelajari keduanya. Makanya kami juga belajar Syiah”. Ya kamu belajar syiah, tapi dengan teman dan manhaj (jalan) yang salah.
Sekarang ia telah menjadi aktivis syiah dan liberal sekaligus. Ia mengajak teman-teman secara sembunyi-sembunyi ke rumah kontrakannya. Suatu hari ketika sedang duduk di gazebo, berkat bekal insting yang cukup tinggi terhadap segala tindak kejahatan, alhamdulillah kami dapat menebak ia sedang mengumpulkan adik-adik 2011 untuk ‘diskusi’ di rumahnya itu.
Teman kita ini telah banyak mengkhatamkan buku-buku syiah. Menurut laporan teman satu rumahnya, ia telah khatam ensiklopedi syiah. Dan ia membenarkan semua isinya. Pengakuannya bahwa ia belajar ‘keduanya’ ̶ syiah dan sunni – tidak terbukti. Ia sama sekali tidak pernah bertanya pada ustadz tentang sunni. Tidak pernah berusaha memperbaiki bacaan Qur’annya. Sehariannya dilingkupi pertamanan dengan senior yang telah terjangkit syiah. Maka jadilah ia syiah. Entah secara aqidah. Namun pemikirannya jelas menunjukkan ia cenderung ke syiah. Dan tak jarang seseorang meyakini sesuatu karena pemikirannya.
Kita tinggalkan teman ini.
Belum lama kami mengikuti seminar nasional syiah di gedung IPTEKS. Temanya “Kepemimpinan dalam Perspektif Agama dan Budaya”. Tampil sebagai pembicara Muhammad Rusli Malik (rafidhah), Musadiq Marhaban (Rafidhah), Prof. Rahimpour (Rafidhah dari Iran), dan Dr. Arya (Hindu dari Bali). Acara ini sesungguhnya tak layak disebut seminar. Apalagi seminar nasional. Para pembicara tak menyediakan makalah. Kecuali Musadiq Marhaban yang membuat makalah tanpa catatan kaki. Prof. Rahimpour membawa materi seolah ia memberi kuliah umum.
Cukup dengan seminar itu, sangat mudah ditebak bahwa penganut syiah di Indonesia dan Makassar dan sekitarnya pada khususnya sudah sangat banyak. mereka ada di sekitar kita. pakaiannya sama dengan pakaian kita. Jilbabnya sama dengan jilbab wanita Muslimah. Yang menarik perhatian kami, sebab diantara peserta wanita ada beberapa gadis belia yang nampaknya lugu. Style mereka, gaya mereka berbicara, caranya mengambil kursi duduk, gerak-gerik mereka, menunjukkan mereka asing dengan tempat-tempat sejenis IPTEKS. Ini setidaknya menunjukkan, betapa mudahnya mereka ditipu syiah. Dan bukan mustahil, sebentar lagi kehormatan mereka tergadai atas nama amalan mulia ala syiah, nikah mut’ah.
Semua peserta yang pro kegiatan itu tampak tidak siap menerima materi. Tidak satupun diantara mereka yang menunjukkan kewibawaan seorang yang berilmu. Mereka tidak siap mendapat kajian yang bertentangan dengan aqidah mereka sebelumnya. Karena gaya bicara yang seolah intelek, makalah yang tampak ilmiah, dan buku-buku yang bersampul indah, mereka tertarik dan benar-benar menjadi pendukung syiah.
Inilah poinnya. Mereka tidak berilmu sehingga mudah ditipu.
Saudara Muslim yang dimuliakan Allah,
Alhamdulillah, hari Senin lalu saudaramu seiman bersama rekan seperjuangan membentuk komunitas penulis Al-Ghuraba. Motto: Berhujjah dengan Pena Sunnah. Kita ingin mendobrak semua paham menyimpang. Tulisan kita sudah harus menyebar di kampus. Dibaca dan dikaji rekan-rekan mahasiswa. Menjadi bahan perbincangan mereka. Menghiasi kumpulan artikel mereka. Dan menjadi buah bibir di kalangan orang-orang yang benci dengan dakwah sunnah. Kami yakin, saudara-saudara kita kaum Muslimin, sebejat apapun mereka, di dalam hatinya masih tersimpan aqidah yang murni ahlussunnah wal jamaah. Ya, ketika mereka baru tiba dari kampung. baru pertama menginjakkan kaki di kampus. Sebelum mereka bertemu senior.
Tulisan kita sudah harus menjadi konsumsi mereka. Ini juga menunjukkan eksistensi dakwah salaf. Bahwa kita tidak diam. Kita cegah mereka meyakini pluralisme, liberalisme, dan multikulturalisme. Paham-paham sesat. Laksana virus HIV yang membuka jalan masuk bagi semua penyakit. Pada saat yang sama, tulisan kita harus dapat mengangkat citra Islam. Islam yang indah kita sampaikan dengan argumen yang indah. Argumen yang mematahkan argumen lawan dan membuat lidahnya kelu. Ustadz Dr.Adian Husaini dalam novelnya, Kemi: Cinta Kebebasan yang Tersesat, mengatakan, semua argumen mereka berdiri di atas pondasi yang lemah. Sedangkan Islam kita, kata seorang orientalis Jerman, berdiri di atas basis ideologi yang kuat.
Dengan tulisan dan kajian-kajian, kita berharap dapat menelanjangi pemikiran mereka. Dengan argumen mereka sendiri. Insya Allah, kami yakin, dengan pertolongan Allah, kita dapat melakukannya. Sebagaimana Allah telah menolong hambaNya Ibnu Taimiyah rahimahullah membantah filsafat kafir dan Syiah rafidhah.
Kita mulai dengan ilmu. Kita mulai dengan rekan yang baik. Kita mulai dengan kajian-kajian, diskusi, dan buku-buku tauhid. Kami yakin, minimal dengan mendalami materi tarbiyah seperti tauhid, makna dua kalimat syahadat, tiga landasan utama (mengenal Allah, mengenal Rasulullah, mengenal Dinul Islam) kita sudah dapat membantah pemikiran menyimpang itu. ditambah buku-buku dan artikel tentang liberalisme. Misalnya di situs insistnet.com. dan beberapa buku ringan.
Saudara Muslim dan Muslimah yang dimuliakan Allah,
Besar harapan kami semoga kami mendengar jawaban menggembirakan. Semoga tidak memberatkanmu. Kebaikan memang butuh perjuangan. Maka lihatlah di jalan mana dan dengan siapa engkau berjuang. Pertarungan ini bukanlah karena politik dan sosial budaya. “Pertarungan ini antara iman dan kufur. Genderang perang telah ditabuh. Maka pilihlah barisanmu.” (nasehat mujahidin)
Salam tanzhim,
penaghuraba@gmail.com
alghuraba-online.blogspot.com
+6289 915 444 96 (W. Ong)
Wa shallallahu wa sallam ‘ala Muhammad wa ‘ala alihi wa ashhabihi ajmaiin [titik terakhir]

Read Post | komentar

Surat Untuk...

Tanggal sepuluh Juli dua ribu dua belas malam
Untuk # di Benteng Selayar,
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuhu,..
Segala puji hanya milik Allah. Salam dan salawat semoga tetap tercurah ke Nabiullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, dan segenap keluarga beliau.
Alhamdulillah tadi sore saya sudah membeli kitab Minhajul Qashidin bahasa Indonesia. Mohon maaf karena saya tidak tahu buku yang khusus membahas menundukkan pandangan. Sepertinya saya memang tidak pernah membaca buku seperti itu. Yang banyak hanya artikel lepas yang di posting di internet.
Menundukkan pandangan merupakan bagian dari Tazkiyatun Nufus. Karena itulah saya berpikir lebih baik membeli buku yang lebih lengkap dan khusus membahas penyucian jiwa. Sebab jika parsial, yakni hanya menundukkan pandangan saja, sepertinya tidak akan berpengaruh sesuai keinginan kita.
Allah ta’ala (QS.An-Nur: 30-31) memerintahkan laki-laki dan wanita-wanita beriman untuk masing-masing menundukkan pandangan. Sebab itu lebih suci bagi keduanya. Saya pun masih terus berlatih mengamalkan perintah ini. dan insya Allah dengan mengkhatamkan Minhajul Qashidin dapat membantu menundukkan pandangan.
Read Post | komentar

KEMI: Cinta Kebebasan Yang Tersesat

Adalah novel Ustadz Dr. Adian Husaini. Terbitan pertama oleh Gema Insani Press pada bulan Syawal 1431. Berukuran 18,3 cm dengan tebal 316 halaman.
Novel ini berkisah tentang Rahmat. Seorang santri cerdas yang diutus Kyai-nya ke Institute Damai-Sentosa, tempat sahabatnya Kemi melanjutkan pendidikan. Ia membawa misi mengembalikan Kemi ke pesantren. mengembalikannya ke Islam. Mengajaknya bertaubat dari pemikiran liberal yang selama ini digelutinya.
Read Post | komentar

Malam Nishfu Sya'ban Sama Dengan Malam Lainnya

Syaikhuna, Dr. Sholih bin Fauzan bin ‘Abdillah Al Fauzan hafizhohullah ditanya, “Apakah ada dalil dari Al Qur’an atau hadits nabawi yang menunjukkan anjuran shalat malam nishfu sya’ban dan puasa di siang harinya? Jika ada dalil, bagaimana cara khusus untuk menghidupkan malam nishfu sya’ban tersebut?
malam_nishfu_syabanSyaikh hafizhohullah menjawab,
Tidaklah ada dalil dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menunjukkan anjuran menghidupkan malam nishfu Sya’ban atau berpuasa pada siang harinya (15 Sya’ban). Tidak ada dalil yang menjadi sandaran dalam hal tersebut. Malam nishfu Sya’ban seperti halnya malam lainnya. Barangsiapa memiliki kebiasaan menghidupkan malam harinya dengan shalat tahajjud, maka hendaklah ia menghidupkannya sebagaimana ia melakukannya di malam-malam lainnya selama ia tidak menganggap pada malam tersebut punya keistimewaan. Karena mengkhususkan suatu waktu untuk ibadah harus membutuhkan dalil yang shahih. Jika tidak ada dalilshahih, maka mengkhususkan suatu ibadah pada waktu tertentu termasuk amalan yang tidak ada tuntunan. Setiap amalan yang tidak ada tuntunan termasuk kesesatan.
Begitu pula tidak ada dalil yang menunjukkan anjuran berpuasa pada tanggal 15 Sya’ban atau pada hari nishfu Sya’ban. Tidak ada dalil dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menunjukkan untuk melakukan puasa pada hari tersebut. Jadi jika mengistimewakan puasa pada hari tersebut, maka jelas adalah suatu yang tidak ada tuntunannya. Karena amalan yang tidak ada tuntunan adalah yang tidak memiliki dalil dari Al Qur’an dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu dianggap oleh orang yang melakukannya sebagai bentuk ketaatan kepada Allah Ta’ala. Karena sekali lagi ibadah adalah tauqifiyah yang harus didukung oleh dalil syar’i.
Adapun hadits yang membicarakan nishfu sya’ban semuanya dho’if (lemah) sebagaimana disebutkan oleh para ulama sehingga tidak bisa dijadikan landasan dalam beribadah. Jadinya tidak perlu mengkhususkan ibadah shalat malam maupun puasa pada hari tersebut. Namun bagi yang memiliki kebiasaan berpuasa pada ayyamul bidh (13, 14, 15 setiap bulan Hijriyah), maka hendaklah ia melakukan puasa tersebut pada bulan Sya’ban sebagaimana bulan lainnya dan tidak perlu menjadikan tanggal 15 tersebut menjadi hari yang istimewa dari yang lainnya. Begitu pula yang hendak memperbanyak puasa sunnah di bulan Sya’ban sebagaimana hal ini dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka silakan melakukannya. Akan tetapi janganlah menjadikan puasa tanggal 15 tersebut menjadi puasa yang istimewa lebih dari yang lainnya. Puasa pada tanggal tersebut hanyalah ikutan dari puasa lainnya.
Intinya, tidaklah tepat mengkhususkan malam Nishfu Sya’ban dengan melakukan shalat malam. Begitu pula tidaklah tepat mengistimewakan hari nishfu Sya’ban (15 Sya’ban) dengan puasa khusus. Semua yang dilakukan orang awam pada malam tersebut atau siang harinya, semuanya adalah amalan yang tidak ada tuntunan dan perlu diperingatkan. Ibadah shalat dan puasa sudahlah cukup dari petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak perlu membuat-buat suatu amalan baru (yang tidak ada tuntunannya). Wallahu Ta’ala a’lam. [Al Muntaqo min Fatawa Al Fauzan, soal no. 156, urutan Asy Syamilah]
Renungan …
‘Abdullah bin Al Mubarok pernah ditanya mengenai turunnya Allah pada malam Nishfu Sya’ban, lantas beliau pun memberi jawaban pada si penanya, “Wahai orang yang lemah! Yang engkau maksudkan adalah malam Nishfu Sya’ban?! Perlu engkau tahu bahwa Allah itu turun di setiap malam (bukan pada malam Nishfu Sya’ban saja, -pen).” Dikeluarkan oleh Abu ‘Utsman Ash Shobuni dalam I’tiqod Ahlis Sunnah (92).
Al ‘Aqili rahimahullah mengatakan, “Mengenai turunnya Allah pada malam Nishfu Sya’ban, maka hadits-haditsnya itu layyin(menuai kritikan). Adapun riwayat yang menerangkan bahwa Allah akan turun setiap malam, itu terdapat dalam berbagai hadits yang shahih. Ketahuilah bahwa malam Nishfu Sya’ban itu sudah masuk pada keumuman malam, insya Allah.” Disebutkan dalam Adh Dhu’afa’ (3: 29).
Wallahu waliyyut taufiq was sadaad.

Baca pembahasan lainnya di Rumaysho.com mengenai malam Nishfu Sya’ban:

@ Ummul Hamam, Riyadh, KSA, 8 Sya’ban 1433 H
rumaysho.com 
Read Post | komentar (2)

Hatinya Bergetar

Kisah berikut dituturkan Ustadz Muhammad Yusran Anshar, Lc dalam kajian rutin Senin sore di Mesjid Ulul Albab Politeknik Negeri Ujung Pandang. Hadist tentang keutamaan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Kala itu, Abu Bakar radhiallahu ‘anhu membuat tempat khusus di depan rumahnya untuk shalat. Bacaan Al-Qur’annya menarik perhatian wanita-wanita dan anak-anak orang musyrik Mekah.
Suatu ketika, Syaikh Muhammad bin Abdurrahman Al-Arifi, atau yang akrab disapa Syaikh Al-Arifi, berceramah di tempat yang dihadiri orang-orang Islam dan orang-orang kafir. Setelah ceramah, beliau disambut hangat oleh hadirin. Lalu ada seseorang yang menemui beliau. Ia bertanya perihal ceramah beliau. Katanya ada beberapa kalimat di sela-sela ceramah itu yang sangat menggugahnya. Berbeda dengan kalimat lainnya. Dan ia yakin itu bukan ucapan Syaikh Al-Arifi.
Syaikh pun mengulangi beberapa kalimat yang dimaksud. Dan tahukah Anda kalimat apa itu? ia adalah ayat-ayat Al-Qur’an.
Uniknya, orang tadi tidak dapat berbahasa Arab. Dia dapat membedakan bahasa Arab dengan bahasa Al-Qur’an. Meskipun bahasa Al-Qur’an adalah bahasa Arab.
Wajar saja orang-orang musyrik Mekah melarang Abu Bakar Ash-Shiddiq shalat atau membaca A-Qur’an terang-terangan.
Read Post | komentar

Bedah Buku Islam Liberal 101

Selasa, 29 Rajab 1433 atau bertepatan tanggal 19 Juni 2012 Miladiyah, Solidaritas Muslim Se-FIS (SMS) bekerja sama dengan UKM LDK MPM Unhas, menggelar bedah buku “Islam Liberal 101”. Menghadirkan penulisnya, Akmal Sjafril, S.T, M.Pd.I yang sedang tour di kota Makassar. Tampil sebagai pembicara mendampingi Akmal, Dr. Muhammad Rusdi, akademisi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang memiliki kepedulian tinggi menangkal gerakan Islam liberal. Kegiatan ini dihadiri mahasiswa dari berbagai kampus. Terutama yang tergabung dalam Komunitas Indonesia Tanpa JIL (Jaringan Islam Liberal) Makassar.
Prof. Dr. Muhammad Noer Jihad, pembina SMS, dalam sambutannya mengatakan bahwa Islam liberal ibarat virus. Ia adalah kuman. Masuk ke tubuh dan tidak terasa. Ia bahkan telah masuk kampus dan sangat halus. Karena itu katanya, ia sangat bersyukur ternyata masih ada mahasiswa sebagai generasi penerus perjuangan yang masih tetap peduli terhadap isu liberalisme.
Beliau juga menyampaikan apresiasi yang baik kepada segenap pengurus SMS dan MPM Unhas untuk terus mengadakan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat.
Akmal Sjafril mulai membedah buku dengan memaparkan definisi Islam Liberal. Katanya, para aktifis liberalisme sendiri tidak dapat mendefinisikan Islam liberal. Sehingga semua argumen yang berdiri di atas Islam liberal ini juga rancu.
Menarik ketika Akmal memaparkan 6 landasan Islam Liberal dari berbagai referensi orang-orang liberal sendiri.  Katanya, kesesatan Islam liberal bermula dari kelancangan mereka membuka pintu Ijtihad bagi semua lini Islam. Mulai dari muamalah (interaksi dengan sesama), ubudiyyah (ibadah), sampai Uluhiyah (teologi). Padahal menurutnya, dalam Islam pintu berijtihad hanya pada muamalah dan ibadah. Tidak ada partisipasi manusia dalam hal ketuhanan. Berupa sifat-sifat Allah dan yang lainnya. Akmal mengatakan, mereka sesuungguhnya tidak sedang berijtihad, tetapi berspekulasi.
Anak-anak yang baru belajar Islam pun tahu, bahwa sumber hukum Islam adalah Al-Qur’an, Sunnah, dan ijtihad. Ijtihad tidaklah dapat mengutak-atik Al-Qur’an dan sunnah. apa yang secara tegas telah tetap seperti sifat-sifat Allah, tentang halal dan haram yang sudah ditetapkan, sudah tidak dapat berubah hanya dengan ijtihad manusia.
Landasan ke dua dan seterusnya tidak beliau paparkan karena terbatasnya waktu.
Pemateri kedua, Dr. Muhammad Rusdi memberi penegasan merebaknya liberalisasi Islam di masyarakat. Ia mengatakan, di kota Makassar ada seorang tokoh yang sangat getol mempromosikan liberalisme. Karena itu, katanya, kita harus punya langkah-langkah tertentu untuk menghalangi kerja mereka.
Di akhir acara, setelah tanya jawab beberapa peserta berfoto riang dengan pemateri.
Akmal sendiri masih akan melanjutkan tour. Diantaranya ke UIN Alauddin Makassar, markas para gembong liberasme di Makassar. Rencananya, di kampus ini, beliau akan dipanel dengan Prof. Dr. Qasim Mathar, praktisi dan pegiat liberalisme. Sekedar diketahui, Qasim Mathar sebelumnya selalu tidak hadir jika diajak panel dengan Ustadz yang menentang liberalisme, terutama saat hendak berdampingan dengan Dr. Adian Husaini, ketua program pasca sarjana pendidikan Islam Universitas Ibnu Khaldun, Bogor. Semoga kali ini dia dapat hadir.
Semoga Allah memberi pertolongan kepada hamba-hambaNya yang bekerja keras di jalanNya.[]
Mesjid Kampus Unhas
Rabu, 30 Rajab 1433
Read Post | komentar

Sejarah Selayar

Rumah Jabatan Bupati Tempo Dulu
Pada masa lalu, Kabupaten Kepulauan Selayar pernah menjadi rute dagang menuju pusat rempah-rempah di Moluccan (Maluku). Di Pulau Selayar, para pedagang singgah untuk mengisi perbekalan sambil menunggu musim yang baik untuk berlayar. Dari aktivitas pelayaran ini pula muncul nama Selayar. Nama Selayar berasal dari kata cedaya (bahasa Sanskerta)[7][8] yang berarti satu layar, karena konon banyak perahu satu layar yang singgah di pulau ini. Kata cedaya telah diabadikan namanya dalam Kitab Negarakertagama karangan Empu Prapanca pada abad 14. Ditulis bahwa pada pertengahan abad 14, ketika Majapahit dipimpin oleh Hayam Wuruk yang bergelar Rajasanegara, Selayar digolongkan dalam Nusantara, yaitu pulau-pulau lain di luar Jawa yang berada di bawah kekuasaan Majapahit. Ini berarti bahwa armada Gajah Mada atau Laksamana Nala pernah singgah di pulau ini.
Selain nama Selayar, pulau ini dinamakan pula dengan nama Tana Doang yang berarti tanah tempat berdoa[4]. Di masa lalu, Pulau Selayar menjadi tempat berdoa bagi para pelaut yang hendak melanjutkan perjalanan baik ke barat maupun ke timur untuk keselamatan pelayaran mereka. Dalam kitab hukum pelayaran dan perdagangan Amanna Gappa (abad 17), Selayar disebut sebagai salah satu daerah tujuan niaga karena letaknya yang strategis sebagai tempat transit baik untuk pelayaran menuju ke timur dan ke barat. Disebutkan dalam naskah itu bahwa bagi orang yang berlayar dari Makassar ke Selayar, Malaka, dan Johor, sewanya 6 rial dari tiap seratus orang.
Belanda mulai memerintah Selayar pada tahun 1739. Selayar ditetapkan sebagai sebuah keresidenan dimana residen pertamanya adalah W. Coutsier (menjabat dari 1739-1743). Berturut-turut kemudian Selayar diperintah oleh orang Belanda sebanyak 87 residen atau yang setara dengan residen seperti Asisten Resident, Gesagherbber, WD Resident, atau Controleur. Barulah Kepala pemerintahan ke 88 dijabat oleh orang Selayar, yakni Moehammad Oepoe Patta Boendoe. Saat itu telah masuk penjajahan Jepang sehingga jabatan residen telah berganti menjadi Guntjo Sodai, pada tahun 1942. Di zaman Kolonial Belanda, jabatan pemerintahan di bawah keresidenan adalah Reganschappen. Reganschappen saat itu adalah wilayah setingkat kecamatan yang dikepalai oleh pribumi bergelar "Opu". Dan kalau memang demikian, maka setidak-tidaknya ada sepuluh Reganschappen di Selayar kala itu, antara lain: Reganschappen Gantarang, Reganschappen Tanete, Reganschappen Buki, Reganschappen Laiyolo, Reganschappen Barang-Barang dan Reganschappen Bontobangun. Di bawah Regaschappen ada kepala pemerintahan dengan gelar Opu Lolo, Balegau dan Gallarang. Pada tanggal 29 November 1945 (19 Hari setelah Insiden Hotel Yamato di Surabaya) pukul 06.45 sekumpulan pemuda dari beberapa kelompok dengan jumlah sekitar 200 orang yang dipimpin oleh seorang pemuda bekas Heiho bernama Rauf Rahman memasuki kantor polisi kolonial (sekarang kantor PD. Berdikari). Para pemuda ini mengambil alih kekuasaan dari tangan Belanda yang di kemudian hari tanggal ini dijadikan tanggal Hari Jadi Kabupaten Kepulauan Selayar. Tahun Hari Jadi diambil dari tahun masuknya Agama Islam di Kabupaten Kepulauan Selayar yang dibawa oleh Datuk Ribandang, yang ditandai dengan masuk Islamnya Raja Gantarang, Pangali Patta Radja, yang kemudian bernama Sultan Alauddin, pemberian Datuk Ribandang. Peristiwa itu terjadi pada tahun 1605, sehingga ditetapkan Hari Jadi Kabupaten Kepulauan Selayar adalah 29 November 1605.[9]

Read Post | komentar

Beasiswa

Bagi teman-teman yang punya info beasiswa tolong bagi ya..
Read Post | komentar
 
© Copyright Formis Official Site 2011 - Some rights reserved | Powered by Blogger.com.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates and Theme4all